Rabu 18 Nov 2020 17:57 WIB

Bagaimana Pengelolaan Keuangan Saat Resesi?

Tiga hal yang menjadi prioritas saat resesi adalah saving, investing dan protection.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Surat berharga negara
Foto: Tim Infografis Republika
Surat berharga negara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat perlu pengelolaan keuangan yang hati-hati di masa pandemi yang kini melahirkan resesi. CEO ZAP Financial, Prita Hapsari Ghozie menjelaskan setidaknya ada lima hal yang harus diperhatikan di masa resesi.

Di antaranya, memeriksa earning power yaitu bagaimana mengelola efek resesi terhadap penghasilan dan pendapatan, pengecekan kondisi dana darurat, asuransi kesehatan, serta persiapan dana pendidikan anak dan persiapan dana pensiun.

Baca Juga

"Di masa resesi ada tiga hal yang menjadi prioritas di antaranya adalah saving, investing dan protection," kata Prita dalam talkshow webinar “Investasi di Masa Resesi” yang diselenggarakan bekerja sama dengan BNI Syariah, Selasa (17/11)

Untuk tabungan atau saving, menurut Prita Hapsari Ghozie harus dibedakan dari dana darurat. Tabungan lebih kepada pengumpulan uang untuk suatu tujuan, sedangkan dana darurat lebih bersifat pencadangan. Jumlah dana darurat yang ideal di masa resesi saat ini adalah 12 kali pengeluaran rutin bulanan.

Investasi erat kaitannya dengan profil risiko dengan beberapa pilihan instrumen yaitu tabungan, deposito, reksadana dan saham. Proteksi bertujuan untuk melindungi pendapatan pencari nafkah. Terkait proteksi asuransi, harus disesuaikan dengan kemampuan finansial dan pemahaman mengenai produk asuransi.

Selanjutnya, Prita menjelaskan investasi juga penting di masa resesi. Menurutnya, alternatif instrumen investasi di masa pandemi adalah Sukuk Tabungan seri ST007 yang saat ini sedang dalam masa penawaran. Ketika ingin membeli Sukuk Tabungan seri ST007 diusahakan dana yang ada sudah dialokasikan sampai dua tahun ke depan.

Kelebihan jenis investasi Sukuk Tabungan seri ST007 ini adalah hampir tidak adanya risiko gagal bayar karena dijamin undang-undang. Selain itu ST007 mempunyai sifat floating the floor artinya jika suku bunga acuan naik, maka returnnya juga mengalami kenaikan.

Pemimpin Divisi Dana Ritel BNI Syariah Ida Triana Widowati mengatakan masyarakat perlu sarana sosialisasi terkait produk investasi yang harus disiapkan dan dimiliki terutama di masa resesi. Sebagai salah satu midis ST007, BNI Syariah mengajak untuk memanfaatkan produk ini sebagai instrumen yang tetap aman.

"Harapannya, ST007 bisa mendiversifikasi produk investasi nasabah," katanya.

Sukuk Tabungan ST007 mempunyai kupon 5,50 persen diharapkan bisa menjadi pilihan investasi menarik bagi masyarakat, sehingga diharapkan bisa meningkatkan loyalitas nasabah. BNI Syariah menargetkan penjualan suku bunga ST007 sebesar Rp 75 miliar. 

Kementerian Keuangan menawarkan Sukuk Tabungan seri ST007 pada 04 November 2020 hingga 25 November 2020. Minimal pembelian adalah Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. ST007 menggunakan akad wakalah dengan penggunaan dana untuk kegiatan Investasi berupa pembelian hak manfaat barang milik negara serta pengadaan proyek untuk disewakan kepada pemerintah.

Kupon pertama dibayarkan pada 10 Januari 2021 di hari kerja tanggal 10 setiap bulannya. Melalui penerbitan Sukuk Tabungan ST007, pemerintah akan membiayai proyek-proyek ramah lingkungan, seperti transportasi berkelanjutan dan ketahanan terhadap perubahan iklim sebagaimana digariskan dalam Green Bond/Sukuk Framework.

Proses pembelian Sukuk Tabungan ST 007 di BNI Syariah sudah bisa dilakukan dengan sistem online melalui portal HaiSBSN. HaiSBSN merupakan platform yang disediakan oleh BNI Syariah untuk mengakomodasi investor melakukan transaksi pemesanan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Online yang ditawarkan oleh pemerintah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement