REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perunggasan nasional membutuhkan penataan ulang secara menyeluruh. Pasalnya, persoalan jatuhnya harga terus berulang dalam dua tahun terakhir tanpa ada solusi konkret dari pemerintah.
Pakar Peternakan IPB University, Rahmat Pambudi, mengatakan, industri perunggasan di dunia saat ini secara umum tengah melakukan proses penataan ulang. Terutama di dunia ketiga atau negara-negara miskin dengan harapan perunggasan dapat meningkatkan kesejahteraan.
Adapun di Indonesia, ia mengatakan, Indonesia tengah berhasil mencapai surplus produksi. Di mana, produksi ayam yang dihasilkan melebihi daripada kebutuhan rata-rata nasional. Ia mengatakan, suplai yang besar bahkan berlebih hingga mampu menurunkan harga merupakan keberhasilan karena produksi bisa dinaikkan.
"Tapi, suplai berlebihan dan berkepanjangan sampai harga jual lebih rendah dari biaya produksi itu sudah menganggu peternak sehingga merugi," kata Rahmat dalam diskusi virtual Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rabu (11/11).
Lebih lanjut, Rahmat mengatakan, apa yang dilakukan pemerintah dalam menggenjot produksi perlu diimbangi dengan pendataan yang akurat secara terus menerus. Sumber data yang dijadikan rujukan dalam mengambil langkah kebijakan juga harus tepat serta dilaporkan secara daring.
"Data perunggasan masih perlu diperbaiki terus menerus saya bayangkan data bisa dilaporkan ke otoritas peternakan dan itu bisa dimanfaatkan dengan baik, maka persoalan suplai demand cepat diatasi," kata Rahmat.
Ia menuturkan, data yang dimaksud bukan sebatas produksi secara umum. Namun data dari tahap perbibitan atau day old chicken (DOC), grand parent stock (GPS), parent stock (PS), final stock (FS), hingga live bird (LB) atau ayam hidup siap jual.
Namun, menurut Ramhat saat ini data yang paling mendesak dibutuhkan adalah data ayam hidup dan ayam karkas. "Kalau kita tahu data itu secara persis, maka kita tahu di mana kelebihannya," kata dia.
Lebih lanjut, ia menambahkan, industri perunggasan juga membutuhkan peta jalan yang komprehensif. Namun, bukan sekadar perencanaan data-data proyeksi tapi data sesuai kondisi riil. "Kita tidak bisa lepas dari data yang akurat dan adopsi teknologi yang makin lama makin berkembang," kata dia.