REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bank of England menyuntikkan 150 miliar poundsterling lagi ke sektor ekonomi saat lockdown dimulai hari, Kamis (5/11). Kucuran dana itu diberikan di tengah kekhawatiran bahwa pembatasan sosial akan membuat PDB anjlok dan meningkatkan pengangguran.
Bersamaan dengan mempertahankan suku bunga pinjaman utamanya di angka 0,1 persen, Komite Kebijakan Moneter bank sentral (MPC) juga memilih untuk memperluas target saham pembelian obligasi pemerintah Inggris menjadi 895 miliar dolar AS.
Pejabat di Komite Kebijakan Moneter, yang dipimpin oleh Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan telah terjadi peningkatan infeksi Covid-19. Dengan jumlah infeksi yang belum terkendali ini, prospek ekonomi dipenuhi ketidakpastian.
"Itu tergantung pada evolusi pandemi dan tindakan yang diambil untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta sifat, dan transisi ke, pengaturan perdagangan baru antara UE dan Inggris. Akibatnya, pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut diperlukan,"ujar Bailey dilansir di Daily Telegraph, Kamis (5/11).
Bulan lalu, BOE bertanya kepada bank-bank Inggris tentang kesiapan mereka untuk suku bunga negatif. BoE sedang menjajaki kemungkinan untuk mengambil suku bunga di bawah nol jika perlu.
Sejak awal pandemi virus corona pada Maret, Bank telah menurunkan suku bunga dua kali dari 0,75 persen menjadi 0,1 persen. BoE jugameluncurkan program pembelian obligasi senilai 745 miliar pound.
Ekonomi Inggris tumbuh 2,1 persen pada Agustus, setelah mengalami kontraksi 19,8 persen pada kuartal kedua. Kontraksi ekonomi ini belum pernah terjadi sebelumnya selama tingginya langkah-langkah lockdown.
Dengan kasus yang meningkat di negara itu sekali lagi, pemerintah Perdana Menteri Boris Johnson telah mengumumkan lockdown baru. Kebijakan ini berlangsung di Inggris dari Kamis, 5 November, hingga 2 Desember.
Pada hari Rabu (4/11), sebanyak 492 orang meninggal di Inggris akibat Covid-19, jumlah kematian harian tertinggi sejak 19 Mei, sementara 25.177 kasus baru dikonfirmasi.