REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy, Tbk memastikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang akan beroperasi pada akhir tahun depan. Meski operasional PLTU Batang ini bisa dikatakan mundur atau terlambat, namun PLN disebut juga tak bermasalah karena pasokan listrik untuk PLN juga masih surplus.
"Keterlambatan ini juga bukan solusi ya, tapi di satu sisi ini terlambat. Di lain sisi, PLN merasa, timing-nya pas lah. Ini bukan by default. Tapi sekali lagi, kami akan kejar. Mungkin masih dalam pembicaraan secara detail kepada PLN," ujar Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir dalam konferensi pers virtual, Selasa (20/10).
Garibaldi memastikan mulai bulan ini perusahaan mulai mengejar lagi pembangunan PLTU Batang. Harapannya, akhir tahun depan PLTU ini sudah beroperasi dan bisa menambah kapasitas listrik negara.
"Kita berharap tahun depan, apakah itu nanti di akhir tahun depan. Proyek batang bisa berjalan. Secara teknis, partner Jepang untuk berupaya menyelesaikan proyek ini juga kesepakatan dengan PLN juga. Target, akhir tahun depan bisa berjalan lah," ujar Garibaldi.
Dalam laporan semester I-2020 manajemen Adaro kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) disebutkan, pada akhir Juni 2020, perkembangan konstruksi pembangkit listrik PT Bhimasena Power Indonesia telah mencapai 94 persen. Proyek ini punya kapasitas besar 2 X 1.000 MW.
Proyek PLTU BPI memiliki nilai investasi sebesar 4,2 miliar dolar AS yang mana financial close tercapai pada Juni 2016 lalu. BPI akan menyediakan listrik kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) selama 25 tahun.