REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Holding menargetkan produksi gula dalam lima tahun ke depan mencapai 2 juta ton atau dua kali lipat dari produksi saat ini. Target kenaikan produksi itu seiring ketergantungan impor gula nasional yang kian membesar.
Direktur Direktur Utama Holding PTPN III, Mohammad Abdul Ghani, mengatakan, saat ini rata-rata produksi gula tebu dari PTPN hanya berkisar 900 ribu ton. Ia mengakui, tren produksi gula terus merosot dari tahun ke tahun.
Abdul menerangkan saat ini kebutuhan total gula nasional untuk industri dan konsumsi masyarakat sekitar 6,2 juta ton. Sementara produksi dalam negeri seluruhnya hanya 2 juta ton sehingga 4 juta ton sisanya diimpor dari berbagai negara.
"Itu luar biasa dan ini sangat berbahaya," kata Ghani dalam webinar Markplus Inc, Senin (19/10).
Ia menuturkan, sekitar 1930-an ketika Indonesia belum merdeka sempat menjadi ekspotir gula dunia dengan 189 pabrik gula. Total kapasitas produksi gula dahulu mencapai 3 juta ton dan 2,5 juta ton di antaranya di ekspor.
Adapun untuk menaikkan produksi gula, Ghani mengatakan bakal dimulai dengan memperluas area perkebunan tebu milik perseroan.
Saat ini, total area budidaya tebu untuk perbenihan saat ini sebanyak 55 ribu hektare. PTPN bakal memperluas dua kali lipat dalam waktu lima tahun menjadi 110 ribu ha. Adapun untuk luas pertanaman diharapkan mencapai 300 ribu hektare dengan naiknya area perbenihan.
Abdul menuturkan, jika produktivitas bisa dicapai hingga 7 ton per hektare, dengan luas 300 ribu hektare setidaknya bisa diperoleh produksi tebu hingga 2 juta ton.
Namun, seiring dengan target naiknya produksi gula, PTPN Holding juga meminta agar mendapatkan alokasi impor raw sugar. Ia mengatakan, PTPN Holding saat ini berkontribusi sebanyak 54 persen gula nasional. Namun, hanya mendapatkan kuota impor raw sugar sekitar 1 persen.
"Ini yang perlu barangkali karena supaya PTPN juga bisa tumbuh ke depan dengan diberikan alokasi impor raw sugar," ujarnya.