REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan bahwa pemerintah berusaha keras menyediakan akses rumah layak huni bagi masyarakat. Hal ini ia sampaikan dalam peringatan Global Hari Habitat Dunia dengan tema 'Housing for All: A Better Urban Future'.
Menurut Jokowi, tema yang diusung tahun ini sangat relevan bagi seluruh negara di dunia. Rumah layak, menurutnya, adalah kebutuhan dasar semua orang di seluruh dunia yang akan memperkuat keluarga sebagai pilar utama kekuatan bangsa, sekaligus berperan sebagai benteng pertahanan pertama melawan berbagai risiko kesehatan termasuk pandemi Covid-19.
"Pemerintah Indonesia berupaya keras agar setiap warga negara dapat menempati rumah layak huni. Sejak tahun 2015 telah dilaksanakan program Satu Juta Rumah. Target pembangunan satu juta unit rumah per tahun sudah berhasil dilampaui pada tahun 2018 dengan fokus pada masyarakat berpenghasilan rendah," ujar Presiden Jokowi, Senin (5/10) malam.
Jokowi melanjutkan, hingga saat ini pemerintah juga terus berusaha mengembangkan inovasi pembiayaan untuk meningkatkan akses rumah bagi masyarakat dalam fokus kelompok tersebut. Partisipasi swasta, partisipasi masyarakat, dan partisipasi lembaga keuangan ditampung dalam Undang-Undang Tabungan Perumahan rakyat (Tapera) yang memberikan jaminan ketersediaan sumber dana jangka panjang dan berkelanjutan terus pemerintah jaga.
Kepala Negara melanjutkan, ia bersama jajarannya juga memberikan perhatian serius pada peningkatan kualitas kampung kumuh yang ada di sejumlah wilayah di Indonesia. Program Perbaikan Kampung dan program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) dilaksanakan dengan menitikberatkan pada kolaborasi antara pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat dalam menyediakan pelayanan dasar seperti air bersih dan sanitasi yang layak.
Dalam peringatan Hari Habitat Dunia kali ini, Kota Surabaya di Jawa Timur dipercaya sebagai tuan rumah. Surabaya terpilih di antara sejumlah nominasi untuk menjadi tuan rumah acara tersebut sebagai bentuk pengakuan atas prestasi kota tersebut dalam masalah urbanisasi dan pemukiman manusia.
Acara Peringatan Global Hari Habitat Dunia 2020 diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran internasional tentang tren urbanisasi, tantangan dan visi untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, mempromosikan kerja sama internasional, dan memberikan kontribusi pada upaya global untuk membangun kota yang adil, makmur dan berkelanjutan, serta meningkatkan lingkungan hidup dan kualitas hidup masyarakat.
"Kita bertemu di Kota Surabaya ini untuk meyakinkan kepada dunia bahwa Agenda Baru Perkotaan, New Urban Agenda, tahun 2036 tidak bisa ditunda-tunda lagi. Saat ini 55 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan. Di tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 68 persen. Laju peningkatan tertinggi terjadi di Benua Asia dan Afrika," kata Presiden.
Negara Indonesia sendiri di tahun 2030 diprediksi akan memiliki jumlah penduduk hampir 300 juta jiwa di mana 63,4 persen di antaranya tinggal di perkotaan. Karena itulah, menurut Presiden, persoalan penataan perkotaan dan agenda baru perkotaan menjadi sangat penting.
Kepala Negara menjelaskan bahwa apabila hal tersebut tidak disiapkan dan ditangani secara serius, pertumbuhan pesat masyarakat bisa saja memicu sejumlah permasalahan. Mulai dari masalah kepadatan dan kemiskinan, lingkungan dan ketersediaan ruang publik, ketersediaan infrastruktur dasar, terutama air bersih dan sanitasi, termasuk masalah perumahan dan berbagai masalah perkotaan lainnya.
"Namun, jika kita tangani dengan baik, saya berkeyakinan bahwa urbanisasi dapat menjadi peluang yang luar biasa bagi kemajuan bangsa. Bisa menjadi pusat kreativitas dan inovasi, bisa memacu pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warganya," katanya.