Jumat 25 Sep 2020 08:22 WIB

Dolar AS Melemah, Terbebani Data Klaim Pengangguran

Klaim pengangguran awal meningkat 4.000 dalam pekan yang berakhir 19 September.

Kurs dolar AS turun sedikit terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (24/9). Pelemahan terjadi setelah data menunjukkan klaim pengangguran negara secara tak terduga tetap tinggi.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Kurs dolar AS turun sedikit terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (24/9). Pelemahan terjadi setelah data menunjukkan klaim pengangguran negara secara tak terduga tetap tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS turun sedikit terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (24/9). Pelemahan terjadi setelah data menunjukkan klaim pengangguran negara secara tak terduga tetap tinggi.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,04 persen menjadi 94,3565, setelah menyentuh level tertinggi dua bulan di awal sesi. 

Baca Juga

Pada akhir perdagangan New York, euro menguat menjadi 1,1666 dolar AS dari 1,1656 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2741 dolar AS dari 1,2715 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia melemah menjadi 0,7050 dolar AS dari 0,7076 dolar AS.

Dolar AS dibeli pada 105,41 yen Jepang, sama dengan 105,41 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS juga naik menjadi 0,9264 franc Swiss dari 0,9241 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3352 dolar Kanada dari 1,3378 dolar Kanada.

Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, meningkat 4.000 menjadi 870.000 dalam pekan yang berakhir 19 September. Angka tersebut, lebih buruk dari yang diperkirakan para analis.

Menurut laporan tersebut,klaim tunjangan pengangguran yang berkelanjutan, atau jumlah orang yang sudah menerima manfaat, mencapai 12,6 juta untuk pekan yang berakhir 12 September.

Para ekonom memperkirakan klaim awal pengangguran sebanyak 840.000 dan klaim lanjutan 12,3 juta, menurut perkiraan median dalam survei Bloomberg.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement