REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia Institute (BI Institute) menjalin kerja sama dengan INCEIF dari Bank Negara Malaysia dalam hal riset ekonomi dan keuangan syariah. Direktur BI Institute, Solikin M Juhro mengatakan kerja sama ini berupaya untuk membina dan mempromosikan riset dan penelitian yang berkontribusi secara global.
"Dalam pandangan kami, melalui keragaman dalam pendekatan dan tradisi intelektual, kita akan mendapatkan kebijakan ekonomi alternatif dan inovatif untuk mengatasi tantangan global yang semakin meningkat di depan, di era pasca Covid-19," katanya dalam Webinar Series ISEF, Kamis (24/9).
Perlunya riset dalam ekonomi dan keuangan syariah bisa menjadi respon efektif terhadap tantangan yang ada saat ini. Para ekonom, termasuk civitas akademis ekonomi dan keuangan Islam bisa melakukan penelitian sebagai respon kebijakan ekonomi yang tepat dan tepat waktu.
Para akademisi di bidang ekonomi dan keuangan Islam, khususnya, diberikan kesempatan untuk memberikan rekomendasi konkrit dan bisa diterapkan untuk mengatasi tiga tantangan global saat ini. Mulai dari pemanasan global, digitalisasi hingga menyusutnya pasar tenaga karena pandemi.
Kedepan, Bank Indonesia Institute akan mendorong penelitian yang lebih berorientasi kebijakan pada isu-isu frontier. Seperti risiko iklim dan stabilitas keuangan, penyesuaian pasar tenaga kerja di tengah perubahan teknologi dan digitalisasi.
"Oleh karena itu, topik-topik frontier tersebut telah kami masukkan ke dalam agenda penelitian kami di BI Institute," katanya.
Untuk lebih mendukung pembelajaran dan penelitian kebijakan di bidang frontier, BI Institute juga menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga terkemuka di kawasan. Hari ini, BI Institute secara resmi akan memulai kerja sama strategis dengan INCEIF.
Penandatanganan Nota Kerja Sama antara kedua lembaga terkemuka untuk riset dan penelitian lanjutan di kawasan telah dilakukan. INCEIF yang didirikan oleh Bank Negara Malaysia, adalah universitas terakreditasi untuk Keuangan Islam.