REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan, pembangunan Pelabuhan Patimban merupakan proyek pembangunan bertahap dan jangka panjang. Nilai investasi sekitar Rp 29 triliun hingga Rp 50 triliun.
Total luas area Pelabuhan Patimban secara keseluruhan mencapai 654 hektare. Dari jumlah tersebut, 300 hektare di antaranya akan diperuntukkan untuk peti kemas dan terminal kendaraan.
"Untuk kapasitas pelabuhannya nantinya akan mencapai sebesar 7,5 juta TEUs hingga 14 juta TEUs," ujar Budi.
Dengan kapasitas tersebut, Pelabuhan Patimban akan menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia yang disiapkan untuk mendukung kegiatan ekspor dan impor. "Kita harapkan apa yang menjadi arahan dari Presiden bisa kita kerjakan bersama-sama," kata Budi.
Dalam arahannya di Rapat Terbatas di Istana Kepresidenan Bogor, kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar dilakukan percepatan pembangunan Pelabuhan Patimban. Kehadiran pelabuhan utama baru tersebut akan berperan penting bagi pertumbuhan dan perdagangan di wilayah Jabar.
"Pelabuhan Patimban ini memiliki peran yang penting dan strategis dalam pertumbuhan dan perdagangan di wilayah Jawa Barat dan dikembangkan saling mengisi dengan Pelabuhan Tanjung Priok," ujar Jokowi.
Presiden menambahkan, wilayah pantai utara (pantura) Jawa yang telah terhubung dengan jalan tol juga harus bisa menjadi super koridor ekonomi. Maka, Pelabuhan Patimban akan menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut sehingga kawasan industri, pariwisata, dan sentra pertanian akan saling terhubung.
Dengan Pelabuhan Patimban ini akan terbangun kawasan pertumbuhan ekonomi, yaitu Pelabuhan Patimban, Bandara Kertajati, juga dengan Bekasi, Karawang, dan Purwakarta sebagai sebuah kawasan industri, saling terkoneksi dan saling mendukung satu dengan yang lain. "Sehingga memiliki daya saing, terutama untuk produk-produk ekspor dan lebih khusus lagi di bidang otomotif," kata Presiden.