REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas berjangka naik untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Rabu (9/9), karena dolar AS melemah. Kekhawatiran atas penundaan pengembangan vaksin corona mendorong investor memburu aset-aset aman seperti logam mulia.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, terangkat 11,7 dolar AS atau 0,6 persen menjadi ditutup pada 1.954,9 dolar AS per ons. Sehari sebelumnya, Selasa (8/9) harga emas berjangka naik 8,9 dolar AS atau 0,46 persen menjadi 1.943,2 dolar AS.
"Kami melihat beberapa celah pada dolar AS setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memberikan sedikit gambaran yang cerah dan emas bergerak lebih tinggi," kata Ahli Strategi Pasar RJO Futures Bob Haberkorn.
Dolar AS melemah 0,2 persen setelah Bloomberg melaporkan proyeksi pertumbuhan dan inflasi ECB yang akan dipublikasikan pada Kamis waktu setempat hanya akan menunjukkan sedikit perubahan dibandingkan dengan perkiraan bank pada Juni. Anggota dewan ECB Isabel Schnabel mengatakan sebelumnya perkembangan ekonomi sejak Juni secara luas sejalan dengan ekspektasi bank sentral sehingga baseline bank masih dipertahankan.
Sementara itu uji coba global vaksin Covid-19 eksperimental Astra Zeneca dihentikan sementara karena munculnya penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada relawan peserta penelitian. Berita penundaan mungkin secara tidak langsung mendukung emas, karena bisa menyebabkan perlambatan ekonomi yang berkepanjangan dan ekspektasi lebih lanjut dari stimulus fiskal, kata Analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Pandemi telah memaksa bank-bank sentral utama untuk memberikan stimulus besar-besaran. Ini membantu harga emas melonjak sekitar 28 persen sepanjang tahun ini karena dianggap sebagai lindung nilai terhadap potensi penurunan nilai mata uang dan inflasi.
“Tapi reli emas ini tampaknya rapuh,” kata Haberkorn.
Harga logam lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 9,2 sen atau 0,34 persen menjadi ditutup pada 27,083 dolar AS per ons. Harga Platinum untuk pengiriman Oktober naik 14,6 dolar AS atau 1,6 persen menjadi ditutup pada 924,9 dolar AS per ons.