REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perbankan syariah membutuhkan generasi muda sebagai pasar, begitu pula sebaliknya. Komisaris Mandiri Syariah, Mulya Siregar mengatakan hubungan antara generasi muda dan perbankan syariah adalah simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan.
"Ada satu titik dimana generasi muda membutuhkan bank syariah, dan bank syariah juga butuh generasi muda sebagai pasar utamanya," katanya dalam diskusi daring, Jumat (4/9).
Mulya mengatakan survei-survei konsumen menyebut bahwa pasar terbesar saat ini adalah generasi milenial. Sebesar 21 persen adalah golongan comformist yang pasti memilih bank syariah. Sekitar 27 persen tidak peduli pilihan banknya.
Sementara 29 persen adalah golongan rasionalis dan 23 persen golongan universalis. Pasar ini menjadi potensi yang sangat besar untuk digaet oleh bank syariah. Mulya mengatakan inilah mengapa bank syariah memilih pasar individu daripada korporasi.
Di sisi konsumen, ada satu titik generasi muda membutuhkan segala transaksi serba syariah. Dilihat dari data Mandiri Syariah, demografi tabungan mayoritas sekitar 24,5 persen berusia 26-35 tahun. Mayoritas 41,3 persen merupakan sarjana dan sosial statis kelas menengah.
Demografi nasabah baru pun didominasi oleh nasabah usia milenial, 67 persen telah menikah, mayoritas karyawan dan wiraswasta. Dengan adanya pembukaan rekening online, kebutuhan mereka akan pendekatan digital lebih terpenuhi.
"Makanya di bank syariah, kita fokus melayani kebutuhan individu Muslim di segala aktivitas mereka, mulai dari agama, sosial, dan transaksi," katanya.
Selain itu, Mulya menyadari prospek bank syariah ke depan yang punya nilai lebih. Ia mengatakan, kedepannya nasabah akan melakukan screening terhadap bank yang akan dipilihnya sesuai dengan keberlanjutan ekonomi atau tidak.
Nasabah akan lebih memilih lembaga yang menganut Sustainable Development Goals (SDGs) yang sebenarnya sudah jadi inti dalam ekonomi syariah. Kini bank konvensional pun membuat produk pembiayaan yang sudah ada di bank syariah.