Ahad 30 Aug 2020 15:37 WIB

Baru 10 Persen Biota Dunia yang Terdeskripsi dengan Baik

Baru seperempat wilayah laut Indonesia yang dilindungi.

Terumbu karang di laut.
Foto: Antara
Terumbu karang di laut.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Menurut perkiraan Dr Hawis Madduppa, dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK),  baru 10 persen biota di dunia yang sudah dideskripsikan secara baik. Perairan Indonesia adalah salah satu perairan yang sangat penting karena banyak sekali asosiasi biota yang ada di terumbu karang.

“Itu baru di eksosistem laut dangkal, bagaimana di laut dalam? Ternyata banyak yang belum dieksplorasi. Dan kalau memakai taksonomi konvensional, dapat memakan waktu yang lama. Indonesia mendapatkan tantangan karena hampir semua perairan di Indonesia sudah terdampak aktivitas manusia dan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan seperti banyaknya reklamasi yang menyebabkan hilangnya spesies,” ujarnya dalam Indonesia Maritime Talk Series 10 “Fishes GenBank” yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (Himiteka) dan Himpunan Alumni Ilmu dan Teknologi Kelautan (Haitek) beberapa waktu lalu, seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia menambahkan, “Hal lain yang perlu kita pertimbangkan adalah area perlindungan laut baru sekitar 25 persen dari terumbu karang Indonesia. Ini yang perlu kita perhatikan bahwa baru seperempat wilayah yang baru dilindungi, padahal berbagai macam biota memerlukan space untuk hidup berkelanjutan.”

Dalam kegiatan ini Dr Hawwis memaparkan tentang “Big Data From the Ocean”. Yakni tentang pentingnya eksplorasi keanekaragaman hayati di Indonesia melalui DNA barcoding dan eDNA metabarcoding.

“Artinya penyebaran larva-larva di dalam ekosistem perairan akan terjadi secara berkesinambungan dan menyebabkan ekosistem perairan Indonesia tinggi. Di Indonesia banyak biota yang disinyalir mempunyai kontribusi besar terhadap jumlah kontribusi di dunia,” paparnya.

Sementara itu, Dr Joni Haryadi, selaku kepala Balai Riset Pemuliaan Ikan, Sukamandi menjelaskan bahwa berdasarkan undang-undang nomor 05 tahun 1994, pola arus itu melewati Indonesia sehingga larva-larva melewati kawasan Indonesia.  “Hal itu menyebebkan posisi Indonesia sangat menentukan ekosistem biodiversitas dunia. Artinya kondisi alam Indonesia tidak hanya berpengaruh untuk Indonesia saja tetapi juga untuk dunia,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement