REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan, tren kenaikan harga emas akan terus terjadi sampai akhir tahun. Harga jual emas antam diprediksi bisa menyentuh Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per gram.
Bhima menjelaskan, banyak faktor yang mempengaruhi melejitnya popularitas emas. Salah satunya, banyak orang yang ingin melakukan lindung nilai, terutama kelas menengah dan atas, pada masa krisis saat ini. "Kita ketahui, tiap krisis, aset lindung nilai paling aman adalah emas. Tidak terkecuali sekarang," ujarnya ketika dihubungi Republika, Ahad (9/8).
Bhima memproyeksikan, tren kenaikan harga emas setidaknya akan terjadi sampai ada tanda-tanda pemulihan dari resesi ekonomi. Sebab, faktor utama dinamika harga emas adalah ketidakpastian di tingkat global yang kini terjadi akibat krisis kesehatan.
Faktor lain, Bhima menambahkan, banyak pihak yang menjadi spekulan karena melihat tingginya keuntungan berinvestasi emas. Tingkat keuntungannya bahkan mencapai lebih dari 40 persen secara tahunan (year on year/ yoy).
Besarnya return tersebut melebihi imbal hasil dari Surat Berharga Negara (SBN) yang berada pada rentang enam sampai tujuh persen. Deposito pun masih berada pada level lima dolar, pun dengan valuta asing atau dolar AS. "Jadi, emas ini masih top untuk terkait keuntungan," tutur Bhima.
Di sisi lain, Bhima menyebutkan, ada tren bank sentral di banyak negara yang mulai meningkatkan cadangan emas. Hal ini dilakukan sebagai kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya tekanan ekonomi di kemudian hari seperti kenaikan inflasi. Kebijakan tersebut yang menyebabkan tingkat permintaan terhadap emas naik dan harga ikut terkerek naik.
Faktor lain, Bhima mengatakan, tidak adanya kenaikan suplai dari emas yang cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir. Pasalnya, tidak ditemukan tambang emas berskala besar dalam kurun waktu tersebut. Keterbatasan ketersediaan membuat emas menjadi instrumen yang semakin diperebutkan.
Di tengah kenaikan harga emas, Bhima menekankan, para investor juga harus tetap waspada. Koreksi dalam mungkin saja terjadi ketika harga emas mencapai lebih dari Rp 1,5 juta per gram atau saat terjadi tanda-tanda pemulihan ekspektasi. "Ini harus dicermati," katanya.
PT Pegadaian (Persero) mencatat, terjadi kenaikan jumlah rekening aktif tabungan emas yang signifikan pada tahun ini. Bahkan, pada periode semester pertama saja, pertumbuhannya lebih dari 100 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis Pegadaian Ninis Kesuma Adriani menjelaskan, tren tersebut terutama dikarenakan ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Dampaknya dirasakan ke berbagai sektor, mulai dari harga minyak dunia yang tertekan, pelemahan nilai dolar hingga pada akhirnya menyebabkan harga emas menguat.
Kenaikan harga emas yang tajam justru mendorong minat masyarakat untuk mulai berinvestasi ataupun mengalihkan dana mereka ke dalam bentuk emas yang dianggap lebih aman dan bebas risiko. "Per semester satu, terdapat 5,1 juta rekening aktif tabungan emas, tumbuh 129 persen dari semester satu tahun lalu," kata Ninis, saat dihubungi Republika, Ahad (9/8).