REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang semester I 2020, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) telah mengumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 226,32 triliun. Nilai ini naik 2,99 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Direktur Utama BTN Pahala Mansury mengatakan, pertumbuhan tersebut disumbang peningkatan perolehan giro sebesar 13 persen yoy dari Rp 52,88 triliun pada menjadi Rp 59,75 triliun pada kuartal dua 2020.
Dengan peningkatan giro tersebut, BTN mencatatkan kenaikan dana murah atau Current Account Savings Account (CASA) sebesar 3,75 persen yoy dari Rp 92,83 triliun menjadi Rp 96,32 triliun per semester satu 2020.
“Secara bertahap kami terus meningkatkan porsi dana murah dengan memangkas porsi dana mahal,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Senin (3/8).
Kinerja positif pada kredit dan DPK tersebut juga turut mengerek naik aset perseroan sebesar 0,68 persen yoy menjadi sebesar Rp 314,60 triliun.
“Kami juga berupaya terus memperbaiki proses bisnis sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan positif yang berkelanjutan,” jelas Pahala.
Menurut Pahala Liquidity Coverage Ratio (LCR) perseroan naik ke level 132,22 persen pada semester satu 2020 dari 105,50 persen periode yang sama tahun sebelumnya. Permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) emiten berkode saham BBTN ini pun kian menguat untuk menopang laju bisnis dari level 16,99 persen menjadi 19,10 persen per semester satu 2020.
Dengan likuiditas yang sangat kuat ini, perseroan optimistis akan dapat melalui masa pandemi dengan baik. Apalagi profil restrukturisasi yang harus dilakukan perseroan pun diproyeksi turun drastis hingga akhir 2020.
“Di luar ekspektasi, restrukturisasi terus menunjukkan penurunan. Sehingga kami proyeksikan tren penurunan restrukturisasi tersebut akan berlanjut hingga akhir 2020”, ucapnya.