REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja bisnis dan keuangan Grup Astra (Grup) sangat terdampak secara signifikan akibat pandemi Covid-19, terutama pada kuartal II 2020. Langkah penanggulangan pandemi yang diterapkan di sebagian besar wilayah Indonesia telah berdampak kepada operasi Grup.
"Dampak secara substansial, termasuk penutupan sementara kegiatan manufaktur dan distribusi otomotif, serta terdapat peningkatan secara signifikan jumlah pinjaman yang direstrukturisasi dalam bisnis jasa keuangan Grup," kata Presiden Direktur Grup Astra Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan pers, Rabu (29/7).
Pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada semester I 2020 sebesar Rp 89,8 triliun, turun 23 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Laba bersih Grup Astra sebesar Rp11,4 triliun, naik 16 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, termasuk keuntungan dari penjualan saham di Bank Permata.
Namun, tanpa memasukkan keuntungan penjualan ini, laba bersih Grup menurun 44 persen menjadi Rp5,5 triliun. Penurunan laba utamanya lantaran penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, serta jasa keuangan, yang disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 dan langkah-langkah penanggulangannya.
Dari sisi bisnis, penjualan mobil Astra menurun 45 persen menjadi 139.500 unit, dengan pangsa pasar stabil sebesar 53 persen. Pada kuartal II 2020, penjualan mobil Astra menurun 92 persen, dibandingkan dengan kuartal I 2020.
Sementara itu, penjualan sepeda motor Honda Astra menurun 40 persen menjadi 1,5 juta unit, dengan pangsa pasar meningkat dari 75 persen menjadi 77 persen. Pada kuartal II 2020, penjualan sepeda motor Astra menurun 80 persen, dibandingkan dengan kuartal I 2020.
Djony mengatakan pandemi dan langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan dampaknya, diperkirakan akan terus memengaruhi kinerja Grup hingga akhir tahun. Selama masa yang penuh tantangan ini, Grup Astra fokus secara khusus pada pengurangan biaya operasional dan belanja modal, pengelolaan modal kerja, dan kepastian likuiditas.
Meski demikian, Djony menambahkan, di tengah gangguan bisnis dan ketidakpastian ini, neraca keuangan Grup tetap kuat dengan tersedianya komitmen fasilitas pinjaman senilai Rp38,6 triliun. Nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2020 juga meningkat 3 persen menjadi sebesar Rp3.773 dari nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2019.