REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian, menyatakan tengah mengembangkan vaksin African Swine Fever atau Demam Babi Afrika yang mulai masuk ke Indonesia. Pengembangan vaksin diperlukan untuk melindungi usaha ternak babi yang menjadi mata pencaharian peternak di daerah produksi.
Kepala Balai Besar Veteriner, Kementan, Indi Dharmayanti, mengatakan, riset hingga saat ini masih dilakukan antara Balitbang dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
"Kita sedang kembangkan ini sehingga sedang proses untuk pembuatan vaksin ASF," kata Indi dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR, Selasa (7/7).
Indi mengatakan, virus tersebut sulit untuk ditumbuhkan sehingga menyulitkan dalam proses penelitian vaksin. Hanya saja, ia menyampaikan sejauh ini tahapan penelitian sudah mengalami perkembangan dan menuju ke arah temuan vaksin.
Indi pun menegaskan riset tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertanian.
Ketua Komisi IV DPR, Sudin, mengatakan, Kementan lebih baik fokus pada pengembangan vaksin ASF ketimbanga antivirus corona dari bahan eucalyptus yang tengah ramai diperbincangkan. Sudin mengatakan, memang masyarakat Indonesia tidak seluruhnya mengkonsumi babi.
Hanya saja, di beberapa daerah terdapat masyarakat yang biasa mengkonsumsi babi. Adanya Demam Babi Afrika yang merebak dan masuk ke Indonesia tentunya menimbulkan kekhawatiran.
"Ini yang penting dulu. Boleh teliti antivirus corona, tapi matang dulu baru umumkan. Tugas sekarang temukan vaksi Demam Babi Afrika," katanya.