Selasa 07 Jul 2020 11:26 WIB

Meski Pandemi Corona, Harga Saham PGN Masih Menjanjikan

Saat ini harga saham PGAS di bursa saham sebesar Rp 1.135 per lembar saham

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Petugas PGN, (ilustrasi). PT Perusahaan Gas Negara (PGN) masih mencatatkan harga saham yang menarik di pasar bursa meski dalam kondisi pandemi.
Foto: pgn
Petugas PGN, (ilustrasi). PT Perusahaan Gas Negara (PGN) masih mencatatkan harga saham yang menarik di pasar bursa meski dalam kondisi pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara (PGN) masih mencatatkan harga saham yang menarik di pasar bursa meski dalam kondisi pandemi. Apalagi, jika menilik ke beberapa tahun kebelakang saat ini harga saham BUMN yang berkode PGAS tersebut masih menjanjikan.

Direktur Keuangan PGN, Arie Nobelta Kaban menjelaskan saat ini harga saham PGAS di bursa saham sebesar Rp 1.135 per lembar saham. Angka ini menurut Arie sudah rebound dari angka terendah yang tercatat sebesar Rp 620 per lembar saham.

"Tapi penurunan saham kan sekarang 1.135 itu sudah rebound signifakn, harga tetrendah 620," ujar Arie di Komisi VII DPR RI, Senin (6/7) lalu.

Arie sendiri mengatakan penurunan harga saham PGAS sendiri memang terjadi karena dampak makro ekonomi yang belum stabil di tengah kondisi pandemi Covid-19. Namun, dari sisi fundamental ekonomi juga dukungan kebijakan dari pemerintah sebenarnya tidak bergitu berpangruh pada terpuruknya harga saham PGAS.

"Jadi kebijakan pemerintah gak terlalu domanan. Ini lebih ke makro ekonomi bukan sisi fundamental ekonomi dan pemerintah," ujar Arie.

Sementara itu PGN mencatatkan penurunan kinerja keuangan pada 2019 kemarin jika dibandingkan 2018 mengalami penurunan kinerja keuangan. Penurunan disebabkan oleh dua faktor.

Arie menjelaskan faktor pertama karena perusahaan mendapatkan impairment dari kasus pipa KJG di tambak lorok. Tak adanya pasokan gas dari Blok Muriah ke PLN membuat PGN perlu melakukan impariment karena kerugian lebih besar dari nilai buku pembelian awal.

"Memang benar dibandingkan 2018 ada penurunan nett income jadi 67 juta dolar AS. Ada dua faktor. Pertama, impairment pipa KJG di tambak lorok, pipa ini menghubungkan muriah dan PLN. Blok muriahnya di 23 september 2019 berhenti operasi.  Jadi, pipa ini secara accounting perlu di impairment. Karena nilai bukunya lebih tinggi. Jadi 98 juta dolar AS," ujar Arie di Komisi VII DPR RI, Senin.

Faktor kedua, Arie menjelaskan ada persoalan perpajakan terkait anak usaha PGN, SAKA Energi. Pada saat SAKA Energi mengakuisisi Blok Pangkah, menurut pihak perpajakan ada sengketa pajak. Hal ini sudah diproses oleh perusahaan ke pengadilan. Hanya saja, dari sisi putusan peradilan, PGN kalah dari gugatan.

"Ini ada sengketa pajak. menurut pajak, kami belum memenuhi profit brach tax. Ada tiga, 127 juta. 39 juta. 10 juta. Kami menang dua dan kalah satu. PK putus satu, sebesar 127 juta SAKA kalah. Karena sudah ada putusan, meskipun tagihan belum ada. Diputuskan kami perlu melakukan propfisi di 2019. Itu penurunan nett income," ujar Arie.

Arie mengatakan dari sisi pendapatan dan kinerja operasional sebenarnya perusahaan memiliki pertumbuhan yang positif. Ia menjelaskan ada peningkatan dari sisi kerja operasional sebesar 13 persen.

"Kinerja operasional sebenarnya untuk niaga gas gak ada penurunan. Malah peningkatan 13 persen. Lifting kita memang di SAKA, ada penurunan 28 persen," ujar Arie.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement