REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China mengumumkan penghentian impor daging dari beberapa negara di benua Amerika dan Eropa, Kamis (2/7). Ini dilakukan sebagai upaya untuk memperketat impor makanan beku di tengah terjadinya gelombang kedua Covid-19 di Beijing.
Eksportir daging unggas asal Brazil Jbs Aves Ltda menghentikan ekspornya ke China secara sukarela pada 26 Juni sebagaimana tercantum di laman Kementerian Bea Cukai China (GAC), Jumat (3/7). Demikian pula dengan eksportir daging sapi asal Argentina yang rela menghentikan ekspornya ke negara berpenduduk terbanyak di dunia itu pada 22 Juni.
GAC juga telah menghentikan sejumlah permohonan impor dari beberapa negara sejak 27 Juni, di antaranya eksportir daging babi dari Jerman Danish Crown Fleisch GmbH, dua eksportir daging sapi dan daging unggas dari Brazil, satu eksportir daging sapi dari Kanada, dan empat perusahaan peternakan babi dari Belanda.
Jiao Shanwei selaku pemimpin redaksi Cngrain, laman berita khusus makanan pokok, menilai penghentian impor tersebut dampaknya tidak signifikan terhadap pasokan daging domestik. Pasalnya, persediaan babi hidup di China melimpah, bahkan produk daging unggasnya juga surplus.
"Kalau kasus Covid-19 di beberapa negara turun, China akan meningkatkan impor daging pada kuartal keempat," ujarnya dikutip media setempat.
Data Asosiasi Perdagingan China (CMA) menunjukkan China mengimpor sekitar 6,18 juta ton daging pada tahun lalu. Impor mayoritas berasal dari Brasil, Spanyol, Jerman, dan Amerika Serikat.
Pada awal Juni diperkirakan 2.399 karyawan dari 24 unit rumah pemotongan hewan yang tersebar di 18 kota di wilayah selatan Brazil terinfeksi Covid-19. Sebelumnya di Belanda, sebanyak 147 orang didiagnosis terinfeksi Covid-19 di pabrik pengolahan daging babi yang berlokasi dekat perbatasan dengan Jerman, demikian laporan Reuters.
Pada 23 Juni, otoritas Inggris dan Brazil menginformasikan kepada GAC bahwa dua perusahaan pengolahan daging babi dan daging sapi menghentikan seluruh kegiatan ekspornya ke China karena kasus positif Covid-19 terjadi di lingkungan karyawan mereka. China juga menghentikan impor dari Tyson Foods, salah satu perusahaan pengolahan daging terbesar di AS, pada 21 Juni atas klaster Covid-19 di lingkungan pabrik tersebut.
Pada pertengahan Juni, Beijing mendapati klaster Covid-19 baru di Pasar Induk Xinfadi, terutama di lapak dagang produk perikanan dan daging.