Selasa 30 Jun 2020 02:14 WIB

Sektor Perumahan Dorong Pemulihan Ekonomi

Pandemi Covid-19 menciptakan krisis ekonomi karena aktivitas ekonomi dipaksa berhenti

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Sejumlah anak bermain di sebuah komplek perumahan di Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (23/6/2020). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Sejumlah anak bermain di sebuah komplek perumahan di Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (23/6/2020). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Sektor perumahan dinilai memiliki peran strategis dalam mendorong pemulihan ekonomi akibat dampak negatif Covid-19. Sebab dampak netto peningkatan nilai tambah sektor perumahan sebesar satu persen akan meningkatkan nilai tambah produk domestik bruto secara kumulatif sebesar 9,53 persen pada akhir tahun kelima.

Presiden Direktur Centre for  Banking Crisis Achmad Deni Daruri mengatakan pandemi Covid-19 menciptakan krisis ekonomi karena aktivitas ekonomi dipaksa untuk berhenti. Namun demikian muncul aktivitas ekonomi yang tidak bisa dihentikan oleh Covid-19 seperti aktivitas bekerja dari rumah.

Baca Juga

"Untuk itu perlu dibangun rumah-rumah baru agar masyarakat bukan saja mampu memiliki rumah tetapi juga dapat bekerja dari rumah," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (29/6).

Menurut Deni, untuk mengoptimalkan sektor perumahan, sisi penawaran harus diefektifkan dan diefisienkan secara optimal. Caranya adalah dengan meningkatkan skala ekonomis dan skala skope dari bank-bank yang mampu menyalurkan dana bagi sektor perumahan nasional.

"Tidak semua bank dapat masuk dalam kategori ini. Satu-satunya bank yang masuk dalam definisi ini adalah BTN," ucapnya.

Dia mengungkapkan, BTN merupakan satu-satunya bank yang memiliki skala ekonomi dan skope dalam memberikan pembiayaan sektor perumahan karena bisnis utamanya sangat fokus pada pembiayaan  perumahan. Dalam konteks ekonomis of skope memang tidak terlalu dominan, namun bank-bank lainnya juga tidak ada yang memilikinya.

"Lantas apa konsekuensinya? Bank BTN harus diberikan porsi kemampuan dalam menyalurkan kredit perumahan yang lebih besar lagi, sehingga skala ekonominya menjadi semakin efisien yang pada gilirannya membuat biaya per unit rumah yang dibangun menjadi semakin murah," kata Deni.

Dia mencontohkan jika dana FLPP difokuskan hanya kepada BTN, maka efisiensi per unit rumah yang dibangun juga akan semakin murah ketimbang fasiltas ini juga diberikan kepada bank-bank lainnya. Sebab BTN memiliki keahlian dalam menyalurkan dana pembangunan rumah dibandingkan bank-bank lainnya.

Menurut dia, bagi pemerintah target pembangunan satu juta rumah juga dipastikan akan berjalan dengan baik karena BTN  adalah bank yang memiliki spesialisasi dalam pembangunan perumahan. Untuk mencapai target itu selain memberikan seluruh fasiltas FLPP kepada BTN,  pemerintah juga dapat memberikan insentif kepada variabel penentu Nilai Tambah Perumahan yang juga merupakan upaya paling efektif untuk meningkatkan nilai tambah sektor perumahan hingga lima tahun ke depan.

 

Deni memaparkan, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukannya, dampak netto peningkatan nilai tambah sektor perumahan sebesar satu persen akan meningkatkan nilai tambah produk domestik bruto secara kumulatif sebesar 9,53 persen pada akhir tahun kelima. Maka demikian sektor perumahan adalah sektor yang sangat strategis untuk membuat perekonomian Indonesia pulih.

"Dampak peningkatan nilai tambah pada sektor perumahan  terhadap sektor pertanian, industri, listrik dan gas kota juga positif hingga lima tahun kedepan. Sehingga program pembangunan perumahan sangat cocok untuk membantu petani yang terpukul oleh krisis Covid-19 seperti petani tanaman pangan," paparnya.

Selain itu, lanjut dia, dampak peningkatan nilai tambah pada sektor perumahan terhadap sektor komunikasi, perbankan, dan sektor keuangan non bank juga positif hingga lima tahun ke depan. Maka demikian sangat sulit dicari sektor yang sangat strategis seperti perumahan.

Apalagi dampak peningkatan nilai tambah pada sektor perumahan terhadap pengeluaran konsumsi juga positif hingga lima tahun kedepan. "Sektor konsumsi adalah motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga jika sektor konsumsi kembali cepat pulih, maka perekonomian Indonesia juga dengan sendirinya akan cepat pulih," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement