REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19, kinerja PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) cenderung positif. Pada semester pertama 2020 ini, PT KBN (Persero) berpotensi membukukan laba bersih sebesar Rp 117,81 miliar.
Angka tersebut meningkat dibanding laba yang dicapai sepanjang 2019 sebesar Rp 92,6 miliar. Sementara aset KBN kini tercatat sebesar Rp 2,36 triliun.
Direktur Utama PT KBN (Persero) HM Sattar Taba menjelaskan, pandemi Covid-19 memang berdampak terhadap perekonomian nasional, bahkan global. Aktivitas bisnis menurun sebagai dampak kebijakan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah guna mengendalikan penyebaran virus corona.
”Tapi di tengah kesulitan selalu ada peluang. Seluruh jajaran KBN bekerja keras memanfaatkan peluang yang ada. Sebagai perusahaan pengelola kawasan industri, kami menarik minat investor yang usahanya tidak begitu terdampak oleh Covid-19,” kata Sattar Taba berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (26/6).
Saat ini, PT. KBN (Persero) sedang mengembangkan Takalar Integrated Industrial Park (TIIP) di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Letaknya strategis karena dilewati alur pelayaran internasional yakni Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 2 dengan jarak ke pelabuhan terdekat sekitar 25 kilometer.
TIIP merupakan kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan dan berkonsep multi cluster industries yang didukung infrastruktur kawasan lengkap. TIIP rencananya dibangun di atas lahan seluas 3.500 hektare dengan perincian 2.600 hektare untuk kawasan industri, 100 hektare kawasan pelabuhan, 100 hektare kawasan perumahan dan komersial, serta 45 hektare menjadi kawasan golf.
Sementara, di kawasan industri, seluas 1.000 hektare dijadikan bonded recycling nonferrous metals processing industry atau industri pengolahan logam bukan besi dan dikerjakan dalam beberapa tahap. Sebanyak 50 perusahaan daur ulang (recycling) asal China di bawah bendera CMRA telah menyatakan kesiapannya bergabung di kawasan industri baru ini dengan nilai investasi mencapai sekitar Rp 40 triliun.
Nilai produksi diperkirakan mencapai Rp 200 triliun per tahun setelah konstruksi selesai. Investasi ini menyerap 5.000 tenaga kerja langsung, dan mendorong terbukanya 10.000 lapangan kerja tidak langsung.