REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lembaga pemeringkat internasional, Moody's, memperkirakan tingkat utang negara-negara terkaya di dunia naik 20 poin persentase pada tahun ini. Beberapa negara tersebut diantaranya Amerika Serikat (AS), Jepang, Italia hingga Inggris.
Moody's mengatakan kenaikan tingkat utang tersebut utamanya didorong oleh pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Kenaikan tingkat utang ini bahkan dua kali lebih tinggi ketimbang krisis keuangan terbesar (GFC) 2009.
"Dibandingkan dengan GFC, kenaikan beban hutang akan lebih cepat dan menyebar, mencerminkan ketajaman dan luasnya kejutan yang ditimbulkan oleh Covid-19," tulis Moody's dalam laporannya dikutip Reuters, Senin (22/6).
Italia, Jepang dan Inggris diperkirakan akan menderita kenaikan utang terbesar sekitar 25 poin persentase dari Produk Domestik Bruto (PDB) masing-masing. Sementara AS, Prancis, Spanyol, Kanada, dan Selandia Baru diperkirakan naik sekitar 20 poin persentase.
Data dari Inggris pekan lalu menunjukkan pinjaman publik mencapai rekor tertinggi pada bulan Mei. Besarnya utang di sektor publik bahkan melebihi 100 persen dari output ekonomi.
Kegagalan menurunkan tingkat utang akan membuat negara-negara dengan profil kredit lemah lebih rentan terhadap guncangan ekonomi atau keuangan di masa depan. Oleh karena itu, kemampuan pemerintah dalam mengembalikan utang sangat diperlukan dalam kondisi ini.