REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Nigeria boleh dikatakan terlambat mengembangkan ekonomi Islam di kancah global meski memiliki semua faktor pendukung. Negara ini termasuk pemilik ekonomi terbesar Afrika dengan populasi Muslim sekitar 100 juta jiwa.
Potensi yang dimiliki Nigeria ini sebenarnya sudah diperhatikan oleh pengusaha Ahmad Akinsemoyin sekitar empat tahun lalu. Ia menilai, apa yang tersedia di lingkungannya saat itu sangat kurang bagi umat Islam.
"Bayangkan, di Lagos, sebuah kota berpenduduk 20 juta dengan sekitar setengahnya adalah Muslim, tidak ada mal ramah Muslim, tidak ada pusat kebugaran khusus wanita atau tempat untuk hiburan Muslim. Ini peluang besar," kata Akinsemoyin dikutip di Salaam Gateway, Rabu (17/6).
Akinsemoyin pun berusaha mencoba dan memulai ekonomi Islam dengan menyelenggarakan HalalFiesta pada 2018. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertemukan perusahaan dan konsumen yang memiliki preferensi terhadap produk halal.
Kehadiran acara ini terbukti sukses dan Akinsemoyin berjuang untuk menarik investor. Ia menggunakan dana dari kantongnya sendiri untuk membiayai kegiatan ini.
Ia memiliki keinginan untuk kembali mengadakan HalalFiesta. Tetapi kurangnya tindak lanjut menjadi kendala dilaksanakannya kegiatan tersebut.
"Industri halal relatif tidak dikenal, bahkan bagi umat Islam. Dibutuhkan tiga atau empat edisi mencetak untung dan membuat acara itu dapat berjalan sendiri," kata Akinsemoyin.
HalalFiesta mungkin beberapa tahun terlalu dini. Sebab, Nigeria hanya memiliki dua lembaga sertifikasi halal dan keduanya baru-baru ini didirikan.