REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penurunan prevalensi stunting merupakan upaya strategis Pemerintah guna mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, aktif, dan produktif. Upaya ini memerlukan intervensi lintas sektor secara terintegrasi di tingkat pusat dan daerah.
Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung upaya penurunan stunting melalui intervensi sensitif berupa penguatan ketersediaan pangan, penguatan akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Komitmen ini dibuktikan dengan ditandatanganinya kesepakatan bersama antara Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dengan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada Januari 2020 tentang pencegahan daerah rentan rawan pangan dan stunting.
Salah satu program intervensi yang dilakukan Kementan melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) adalah Pekarangan Pangan Lestari (P2L). P2L dititikberatkan pada pemberdayaan kelompok masyarakat, dengan memanfaatkan pekarangan sebagai lumbung pangan untuk ditanami berbagai jenis tanaman sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk dikonsumsi keluarga.
Kepala BKP Kementan, Agung Hendriadi, mengatakan kegiatan P2L sangat bermanfaat bagi keluarga agar mampu memenuhi asupan gizi dari komoditas pangan yang ditanam di pekarangan. Selain itu, juga dapat untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga dengan menghemat pengeluaran untuk pangan, karena sumber pangan tersedia di sekitar rumah.
Lokasi P2L berada di kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebagai fokus intervensi penurunan stunting terintegrasi. Sejak 2018, seiring dengan program pemerintah untuk menurunkan stunting, sasaran P2L mencapai lebih dari 2.000 lokasi di 260 kabupaten.
Manfaat nyata pekarangan sebagai sumber pangan keluarga dirasakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Bersatu di Desa Truai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Nurhayati, Ketua KWT menceritakan manfaat kegiatan P2L,
“Kita sudah tanam cabe, terong, ubi, porang, kacang panjang, sawi, daun bawang, kunyit. Saat ini kita sedang panen cabe keriting,” ungkapnya.
Untuk kebutuhan sehari hari, diakuinya hampir semua dapat terpenuhi dari pekarangan. Saat ini anggota KWT mulai menambah pare, timun, labu dan tomat, sehingga dalam dua bulan ke depan diperkirakan akan panen.
“Tidak perlu ke pasar, sayur, ayam dan telur di pekarangan sudah ada, paling hanya beli ikan, jadi bisa hemat 20 ribu perhari," ucapnya bangga.
Hal senada dituturkan Sajariyati, ketua KWT Biring Balang, Kab Gowa, Sulawesi Selatan. KWT yang baru dikunjungi Mentan Syahrul Yasin Limpo pada Ahad (31/5) lalu ini mengungkapkan kegiatan P2L memberikan perubahan bagi kelompoknya dan juga sekitarnya.
“Bisa dibilang luar biasa bagi kami, terutama untuk konsumsi setiap hari dapat sayuran di pekarangan sendiri, tidak perlu ke pasar apalagi ada pandemi seperti sekarang,” ujarnya.
Tidak hanya aneka sayur dan buah, Sajariyati mengatakan kelompoknya juga menanam singkong untuk diolah menjadi keripik. “Kita juga tanam singkong, itu biasanya kita olah jadi keripik dan kita jual laku sekali, semua dikerjakan oleh kelompok,” ungkapnya.