REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Hubungan politik antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Situasi tersebut berdampak pada melemahnya nilai tukar yuan terhadap dolar AS.
Pada Jumat (22/5), bank sentral China mematok nilai tukar yuan di posisi 7,1209 yuan per dolar AS dengan rata-rata perdagangan di level 7,122. Ini merupakan level terlemah sejak 2008 silam.
Sementara itu, nilai tengah harian yuan pada Senin (25/5) rata-rata sejalan dengan prediksi analis. Analis menyebut mata uang Cina bakal mengalami downward bias.
"Bank sentral Cina mengira bisa mengontrol tekanan penurunan nilai yuan selama tidak ada kekacauan besar yang terjadi," kata analis Macquire Bank, Trang Thuy Le, dikutip Bloomberg.
Bank sentral Cina akan terus memantau pergerakan mata uang yuan dan mengujinya di level 7,2 per dolar AS. Analis melihat volatilitas pergerakan yuan akan sangat tinggi akibat pengaruh reaksi Donald Trump terhadap situasi di Hong Kong.
Upaya Beijing mengatasi konflik yang ada di Hong Kong telah menyulut pertikaian antara Donald Trump dan Presiden Cina, Xi Jinping. Hubungan keduanya kembali memanas setelah mencuatnya kasus pandemi Covid-19.