REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas melemah pada akhir perdagangan Senin (25/5) atau Selasa (26/5) pagi Waktu Indonesia Barat dalam perdagangan yang menipis karena hari libur ketika beberapa investor melakukan aksi ambil untung atau profit taking. Namun, ketegangan AS dan China dan langkah-langkah stimulus luas oleh pemerintah di seluruh dunia membatasi penurunan harga emas.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi COMEX New York Mercantile Exchange turun 8,20 dolar AS atau 0,47 persen, menjadi ditutup pada 1.726,40 dolar AS per ounce. Sebelumnya, emas berjangka naik 13,6 dolar AS atau 0,79 persen menjadi 1.735,50 dolar AS pada Jumat (22/5), setelah sehari sebelumnya jatuh 30,2 dolar AS atau 1,72 persen.
Sebagian besar pasar di Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara Asia ditutup untuk hari libur publik.
"Dengan semua ketidakpastian yang terjadi di dunia dan pemerintah-pemerintah menyuntikkan uang ke dalam ekonomi mereka serta suku bunga menjadi lebih rendah, emas secara khusus memiliki kemungkinan yang bagus untuk menguji level tertinggi baru lebih cepat," kata Wakil Presiden Senior MKS SA Afshin Nabavi.
Menurut Nabavi, aksi ambil untung, kurangnya volume perdagangan, dan tindak lanjut pada sisi positif membebani harga emas.
Sementara itu, saham-saham Eropa menguat karena optimisme atas pelonggaran lockdown dan tanda-tanda lebih banyak stimulus untuk ekonomi zona Eropa.
Pekan lalu, emas naik ke level tertinggi sejak Oktober 2012, didorong oleh stimulus moneter dan fiskal, kekhawatiran resesi, dan ketegangan AS-Cina.
Ketegangan perang dagang yang meningkat dinilai dapat terus mendukung harga emas dalam jangka pendek.