Rabu 20 May 2020 14:22 WIB

Inovasi Persemaian Kering Bisa Jadi Solusi Krisis Pangan

Inovasi persemaian kering bisa dilakukan di pekarangan rumah petani.

Krisis Pangan (ilustrasi)
Foto: setkab.go.id
Krisis Pangan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inovasi persemaian kering rusunawa merupakan salah satu terobosan di bidang pertanian untuk mempercepat luas tambah tanam (LTT). Inovasi ini diharapkan mampu mengantisipasi ancaman krisis pangan di tanah air.

Penyuluh pertanian di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Dewo Ringgih mengatakan musim hujan yang tidak menentu ditambah pandemi COVID-19 berpotensi memundurkan jadwal tanam pada musim tanam (MT) padi ke 2. “Maka kami mengambil langkah dengan menerapkan inovasi persemaian kering rusunawa karena pola tanam padi di Kabupaten Sumenep juga sangat tergantung dari curah hujan,” katanya, Rabu (20/5).

Baca Juga

Ia mengatakan biasanya petani melakukan musim tanam (MT) kedua pada Maret. Namun saat ini kondisi MT mengalami kemunduran tanam.

Untuk menyiasati hal tersebut, Dewo memberikan penyuluhan untuk menerapkan persemaian kering Rumah Susun Pengganti Lahan Sawah atau disebut juga Rusunawa, agar masa tanam dapat dipercepat.

Persemaian kering bisa dilakukan di pekarangan rumah petani. Inovasi ini pertama kali diterapkan oleh Hasanudin, petani dari Poktan Sumber Tani Kecamatan Kalianget. Persemaian yang biasa dilakukan petani di lahan sawah minimal membutuhkan waktu kurang lebih 21 hari setelah sebar untuk bisa ditanam, jika persemaian kering dilakukan di pekarangan paling tidak bisa mempercepat masa tanam hingga 20 hari.

"Selain itu, keunggulan dari persemaian kering ini tidak membutuhkan biaya yang sangat banyak dibandingkan jika petani melakukan persemaian di sawah,” kata Dewo.

Inovasi yang dilakukan ini mendapat respons dan antusiasme dari para petani setempat. Sebab, inovasi ini mempercepat masa tanam dan memudahkan petani untuk merawat bibit sehingga kualitas bibit akan jauh lebih bagus jika dibandingkan bibit dengan persemaian di sawah.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan, pangan adalah masalah yang utama dan menentukan hidup matinya suatu bangsa, di mana petani harus tetap semangat tanam, olah, dan panen.

“Hal ini membuktikan pertanian tidak pernah berhenti di tengah wabah COVID-19, kepada para penyuluh pertanian diharapkan untuk tetap bekerja mendampingi para petani,” kata Dedi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement