REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyarankan, agar bank-bank pelat merah mengkaji kembali kantor-kantor cabang pada era new normal yang muncul setelah pandemi Covid-19.
"Kita mesti mulai berpikir jumlah kantor cabang yang demikian besar di perbankan nasional kita apakah kita akan tetap menggunakan itu sebagai point of sales kita atau kita mengubah fungsinya dan berapa persen yang bermigrasi ke pola kanal elektronik secara permanen," ujar Kartika dalam seminar daring di Jakarta, Rabu (20/5).
Menurut Kartika, terdapat beberapa perubahan fundamental yang tentunya menjadi catatan bagi perusahaan-perusahaan yang berinteraksi dengan retail customer seperti contohnya perbankan.
"Tentunya cara masyarakat melakukan transaksi perbankan berubah drastis, mungkin jumlah masyarakat yang pergi ke kantor cabang setelah pandemi Covid-19 ini menurun drastis," katanya.
Dengan demikian, lanjut Kartika, kemungkinan setelah pandemi Covid-19 kantor-kantor cabang 50 persen mungkin sudah tidak diperlukan lagi.
Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengungkapkan transaksi perbankan melalui platform mobile dan internet banking mengalami peningkatan sekitar 60 persen di tengah pandemi Covid-19.
Dalam paparannya, Direktur Digital dan Teknologi Informasi (TI) BRI Indra Utoyo menjelaskan, transaksi internet dan mobile banking BRI sepanjang Januari sampai dengan April 2020 mencapai sekitar 67,14 persen.
Selain itu, transaksi yang mengalami penurunan adalah transaksi Anjungan Tunai Mandiri (ATM), di mana nasabah yang cenderung mengambil uang tunai di ATM sudah berkurang karena khawatir tertular Covid-19.
Indra menambahkan, untuk transaksi di mesin EDC sempat meningkat, namun mengalami penurunan pada April. Sedangkan transaksi melalui BRILINK stabil, mengingat BRILINK merupakan simpul pelayanan BRI melalui agen-agen.