Senin 18 May 2020 20:21 WIB

Profesor Harvard Jadi Miliarder Dunia Berkat Corona

Profesor Harvard Jadi Miliarder Dunia Berkat Corona

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Pengusaha Sekaligus Profesor Harvard, Pria Ini Ketiban Cuan Jadi Miliarder Dunia Berkat Corona. (FOTO: Twitter/BCH_Innovation)
Pengusaha Sekaligus Profesor Harvard, Pria Ini Ketiban Cuan Jadi Miliarder Dunia Berkat Corona. (FOTO: Twitter/BCH_Innovation)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Berkat vaksin corona yang sedang diuji coba saat ini membuat Timothy Springer masuk ke dalam jajaran miliarder dunia. Profesor Biologi Harvard ini juga merupakan pemilik perusahaan Moderna yang tengah mengembangkan vaksin corona.

Semula berkat saham perusahaan vaksinnya, Moderna, naik 12 persen. Hingga membuat kekayaannya menjadi USD 1 miliar (Rp14,8 triliun). Adapun, kepemilikan saham Springer di perusahaan ini ialah sebesar 3,5 persen.

Baca Juga: 10 Pengusaha Medis Dunia yang Ketiban Miliaran Cuan di Tengah Pandemi Corona

"Banyak ilmuwan yang menjalankan perusahaan tapi hanya sedikit yang berhasil. Saya sangat aktif dan ambisius, itulah kenapa saya bisa melampaui rata-rata," ujar Springer dalam wawancara bersama Forbes.

Beberapa waktu lalu, Moderna mengumumkan pengembangan vaksin Coronanya kepada pemerintah Amerika Serikat.

Perusahaannya pun menjadi yang pertama yang menguji coba vaksin ke manusia. Tercatat, saham perusahaannya sudah naik 3 kali lipat sejak virus Corona diumumkan mewabah di seluruh dunia.

Untuk diketahui, profesor Harvard ini pertama kali mendirikan perusahaan bioteknologi LeukoSite, yang dijual kepada Millennium Pharmaceutical senilai USD 635 juta. Springer mendapatkan USD 100 juta dari pembagian saham perusahaan.

Kemudian pada 2010, ia mendirikan Moderna yang saat ini bernilai USD 870 juta. Ia juga menanamkan modal ialah Selecta Biosciences, Scholar Rock dan Morphic Therapeutic.

Ke depannya, Springer optimis dengan prospek investasi di sektor bioteknologi karena pertumbuhannya sangat cepat, apalagi ketika pandemi telah berakhir.

"Dulu, kita dimaki karena terlalu sering mengandalkan obat. Tapi sekarang, semua orang bergantung pada vaksin untuk bertahan hidup. Saya optimis sektor ini akan menjanjikan," tandasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement