REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah punya pekerjaan rumah untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok menjelang Lebaran nanti, terutama gula dan bawang putih. Pasokan gula dan bawang putih hasil impor diharapkan segera menstabilkan harga di pasar.
Hingga pertengahan Mei ini, harga dua komoditas pangan tercatat cukup tinggi. Keduanya adalah gula pasir, yang masih dijual dengan harga Rp 17.650 per kg di pasar tradisional, dan bawang putih yang harganya tertahan di angka Rp 37.350 per kg.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membenarkan dua komoditas tersebut menjadi fokus pengendalian harga oleh pemerintah saat ini. Khusus untuk gula pasir, Airlangga mengungkapkan, tertundanya jadwal impor akibat karantina wilayah di sejumlah negara menjadi alasan masih tingginya harga jual di pasaran.
"Harga gula ini, memang ada beberapa impor yang jadwalnya tertunda karena beberapa negara ada pembatasan atau lockdown," kata Airlangga usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo, Rabu (13/5).
Menyiasati hal tersebut, pemerintah kemudian mengalihkan pasokan gula rafinasi atau gula industri untuk dijadikan gula konsumsi. Pemerintah sedang mengebut distribusi gula pasir hasil pengalihan dari gula rafinasi ini ke pasaran dalam negeri.
Sementara itu terkait bawang putih, Airlangga menyampaikan, impor komoditas tersebut telah masuk ke Indonesia dan mulai dialirkan ke pasaran. Pemerintah mencatat, stok bawang putih nasional per April 2020 sebanyak 81 ribu ton dan Mei 2020 sebanyak 129 ribu ton.
Pasokan bawang putih kemudian ditambah dengan produk impornya sebanyak 94 ribu ton pada April dan 78 ribu ton pada Mei 2020. "Diharapkan dengan adanya stok, harga bisa terkendali," ujar Airlangga.