REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bukit Asam (Persero) akan mengkaji kemungkinan merevisi target produksi dan penjualan pada 2020 akibat dampak corona. Direktur Utama (Dirut) Bukit Asam Arviyan Arifin mengaku masih mempelajari rencana revisi tersebut.
Arviyan menyampaikan rencana revisi target juga tak lepas dari penurunan harga batu bara Newcastle sebesar 29,5 persen maupun harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index / ICI) GAR 5000 sebesar 6,9 persen dibandingkan harga
rata-rata triwulan I 2019.
"Kita sedang pelajari untuk melihat kemungkinan perbaiki atau revisi target kita agar lebih realistis. Ini sekarang kita lagi kaji," ujar Arviyan saat pemaparan kinerja triwulan I 2020 secara virtual di Jakarta, Senin (4/5).
Arviyan menilai dalam kondisi saat ini, hampir seluruh usaha akan melakukan revisi terhadap target bisnis lantaran melemahnya permintaan. Kendati begitu, Arviyan memiliki harapan agar situasi segera normal kembali.
"Mudah-mudahan corona segara berakhir di Juni atau Juli sehingga kita tidak perlu revisi target produksi dan penjualan," ucap Arviyan.
Arviyan menegaskan komitmen Bukit Asam membantu pemerintah keluari dari situasi yang sulit saat ini. Ia mengatakan usaha yang bergerak di bidang sumber daya alam (SDA) merupakan sektor yang relatif lebih cepat pulih usai pandemi corona.
"Dalam krisis ini yang paling cepat pemulihan adalah SDA karena ini kebutuhan dasar kita; sebagai perusahaan tambang kiya harapkan paling bisa segera mendukung pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun ke depan dengan basis SDA," kata Arviyan.
Arviyan menyampaikan proyek-proyek Bukit Asam hingga saat ini masih berjalan normal. Ia menyebut pandemi corona memang membuat proyek mengalami sedikit kemunduran pengerjaan, namun ia memastikan proyek tetap terealisasi sesuai yang dijadwalkan.
Arviyan mengaku bersyukur Bukit Asam tidak memiliki utang ke bank mana pun sehingga tak perlu melakukam relaksasi utang ke perbankan. Bukit Asam, kata dia, memiliki uang kas Rp 8 triliun.
Dalam kesempatan sama Direktur Keuangan Bukit Asam Mega Satria menuturkan, kinerja Bukit Asam pada triwulan I 2020 masih sangat baik di tengah pandemi yang mana penurunan harga batubara cukup dalam. Mega menilai kas sebesar Rp 8,1 triliun sangat cukup menghadapi terjadinya fluktuasi atas industri batubara saat ini.
Sepanjang triwulan I 2020, PTBA mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 5,1 triliun, yang terdiri atas pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar Rp 3,3 triliun, penjualan batu bara ekspor sebesar Rp 1,8 triliun dan aktivitas lainnya sebesar Rp 87,2 miliar yang terdiri atas penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
Pendapatan usaha ini dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun sebesar 3,9 persen menjadi Rp 741.845 per ton dari Rp 772.058 per ton di triwulan I 2019.