REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kebijakan physical distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus corona baru (Covid-19) tak pelak memberikan tekanan pada perbankan melalui kredit, termasuk perusahaan pelat merah. Kondisi ini diakui Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo.
Menurut Anggoro, pandemi secara faktual menyebabkan banyak debitur mengalami tekanan ekonomi dan membutuhkan restrukturisasi sesuai dengan hasil assesmen permasalahannya. "Sehingga secara faktual, tekanan ke sisi kredit itu ada," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (26/4).
Selain itu, Anggoro menambahkan, tingkat produktivitas ekonomi pelaku usaha menurun seiring aturan PSBB. Alhasil, sirkulasi uang pun menjadi stagnan hingga berdampak terhadap pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami 'seret'.
Bagi BNI, Anggoro menyatakan, menjaga loyalitas nasabah deposan menjadi strategi utama perseroan. Upaya ini diharapkan mampu menahan dana yang sudah dibukukan BNI tidak keluar.
Sejalan dengan upaya tersebut, BNI juga mengupayakan pendekatan ke individu-individu yang sekiranya prospektif menjadi nasabah. "Karena kami mampu memenuhi semua kebutuhan layanan dan transaksi nasabah," tutur Anggoro.
Anggoro menekankan, penghimpunan dana yang ada sudah dijalankan BNI tetap akan dioptimalkan melalui aktivitas perkreditan dan manajemen aset yang produktif secara luas. Langkah ini dilakukan dengan menjalankan mitigasi risiko yang ketat.