REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengkritik proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) terkait pertumbuhan ekonomi global yang akan membaik pada 2021. Ia menilai butuh waktu pemulihan cukup lama akibat wabah Covid-19.
“Ada yang aneh dari prediksi IMF yaitu rebound 2021 itu luar biasa jadi melebihi pertumbuhan ekonomi tahun-tahun sebelumnya jadi istilahnya seakan kemerosotan tahun ini dibayarkan penuh plus bonus pada 2023,” katanya dalam diskusi publik secara daring di Jakarta, Jumat (24/4).
Faisal menuturkan IMF terlalu cepat dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi. Alasannya dunia masih akan mengalami penyesuaian terlebih dahulu setelah pandemi Covid-19 berakhir.
“Rasanya dunia akan mengalami new normal recovery tidak bisa secepat yang dibayangkan IMF. Orang dan perusahaan akan melakukan penyesuaian,” ujarnya.
Ia melanjutkan setelah pandemi Covid-19 berakhir juga diperkirakan akan banyak kebijakan pemerintah di berbagai negara yang berfokus pada isu perubahan iklim. “Ini buat kebaikan umat manusia saya rasa artinya ini proses detoks terjadi dalam ekonomi dunia karena makin banyak pemimpin dunia yang percaya bahwa perubahan iklim harus diperhatikan,” katanya.
Tak hanya itu, ia mengatakan perekonomian juga akan lebih mengandalkan sumber daya manusia yang berkualitas dan penguatan jejaring sosial.
“Oleh karena itu saya lihat prediksi IMF masih konservatif dan dunia saya rasa akan lebih buruk dari prediksi IMF dan 2021 tidak akan secepat itu recovery,” katanya.
Sebagai informasi, IMF memprediksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh hingga 8,2 persen dan global 5,8 persen pada tahun depan. Syarat pandemi Covid-19 harus telah selesai pada pertengahan 2020.