Rabu 22 Apr 2020 08:13 WIB

Dolar AS Menguat ke Level Tertinggi Dua Pekan Terakhir

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback menguat 0,24 persen.

Penyedia jasa penukaran uang menunjukkan selembar uang dolar AS. ilustrasi
Foto: ANTARA/aditya perdana putra
Penyedia jasa penukaran uang menunjukkan selembar uang dolar AS. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS naik ke posisi tertinggi dua minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (21/4) atau Rabu (22/4) pagi WIB. Penguatan dolar AS dikarenakan investor mulai meninggalkan aset-aset berisiko di tengah penurunan harga minyak karena melemahnya permintaan.

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, menguat 0,24 persen menjadi 100,19. Indeks sempat mencapai tertinggi dua minggu di 100,48 di awal sesi.

Baca Juga

Minyak mentah berjangka AS jatuh ke wilayah negatif untuk pertama kalinya pada Senin (20/4), karena penurunan tajam dalam penggunaan bahan bakar global akibat pandemi virus corona menciptakan kelebihan pasokan dan kekurangan kapasitas penyimpanan.

Penutupan pabrik dan pembatasan perjalanan yang diberlakukan untuk memperlambat laju infeksi virus corona baru telah memicu jatuhnya harga minyak. Ini menarik uang dari mata uang komoditas dan aset berisiko lainnya ke aset aman berdenominasi dolar AS.

"Ini jelas merupakan hari yang penuh risiko sehingga dolar mendapat manfaat dari hal itu sekarang," kata Minh Trang, pedagang valas senior di Silicon Valley Bank di Santa Clara, California.

Mata uang terkait minyak seperti crown Norwegia dan dolar Kanada adalah mata uang berkinerja terburuk pada Selasa (21/4), bersama dengan crown Swedia, yang sangat sensitif terhadap stabilitas ekonomi global.

"Kemunduran minyak kemarin membuat para investor ketakutan, dan sementara beberapa ekonomi mulai dibuka kembali dari penguncian, jalan kembali ke keadaan normal jelas akan lama," kata Jonathan Coughtrey, direktur pelaksana di Action Economics, dalam sebuah catatan.

Greenback naik ke tertinggi hampir satu bulan terhadap crown Norwegia sebelum melonggar kembali menjadi diperdagangkan menguat 1,68 persen. Terhadap dolar Kanada, dolar AS menguat 0,21 persen. Dolar juga meningkat 0,81 persen terhadap crown Swedia.

"Bahkan ketika Anda menghidupkan kembali ekonomi akan membutuhkan waktu cukup lama untuk permintaan mampu menyerap pasokan minyak," kata Trang.

"Sampai ini terselesaikan, Anda seharusnya tidak terkejut melihat pelemahan tambahan," katanya mengacu pada mata uang terkait minyak.

Euro 0,05 persen lebih rendah terhadap dolar AS meskipun survei yang dirilis pada Selasa (21/4) menunjukkan sentimen di antara investor Jerman membaik pada April ketika kekhawatiran tentang dampak pandemi pada ekonomi terbesar Eropa itu tampaknya telah berkurang.

Investor mengamati hasil KTT Uni Eropa akhir pekan ini tentang bagaimana Uni Eropa akan mencoba untuk menangani pukulan terhadap ekonomi dari pandemi.

Kekuatan dolar mendorong poundsterling ke level terendah dua minggu, karena investor melepas aset-aset Inggris untuk mengumpulkan uang tunai guna menutupi kerugian akibat jatuhnya harga minyak, menurut Kenneth Broux, kepala penelitian perusahaan di Societe Generale. Poundsterling terakhir turun 1,17 persen terhadap dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement