Kamis 16 Apr 2020 13:16 WIB

Kisah Ren Zhengfei Bangun Huawei

Ren Zhengfei Bangun Huawei: Modal Jutaan, Kini Jadi Perusahaan Ribuan Triliun

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Cerita Ren Zhengfei Bangun Huawei: Modal Jutaan, Kini Jadi Perusahaan Bernilai Ribuan Triliun!!. (FOTO: Tech News)
Cerita Ren Zhengfei Bangun Huawei: Modal Jutaan, Kini Jadi Perusahaan Bernilai Ribuan Triliun!!. (FOTO: Tech News)

Warta Ekonomi.co.id, Bogor

Dengan membangun raksasa teknologi 'Huawei' sejak akhir 1980-an, Ren Zhengfei berhasil masuk ke daftar orang terkaya di China, dengan total harta sekitar 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp17,4 T) pada 2020.

Sebelum terjun ke dunia usaha, Zhengfei memulai kariernya sebagai insinyur sipil. Saat itu, China sedang dilanda gejolak Revolusi Kebudayaan, yang pada akhirnya memengaruhi beragam sektor usaha, termasuk tempatnya bekerja.

Pada akhirnya, Zhengfei bergabung ke dalam pasukan Tentara Pembebesan Rakyat (People's Liberation Army--PLA) guna merampungkan proyek produksi serat sintetis di Liao Yang, Provinsi Liaoning, China.

Baca Juga: Blunder Soal Surat ke Camat, Begini Sepak Terjang Andi Taufan Garuda Putera Bangun Amartha

Siapa sangka, langkah itu jadi batu loncatan bagi Zhengfei. Ia naik pangkat sebagai wakil direktur, serta diundang ke Konferensi Ilmu Pengetahuan Nasional (1978) untuk mewakili PLA. Empat tahun berikutnya, ia juga hadir di Kongres Nasional Partai Komunis ke-12.

Karier militernya berakhir saat pasukan dibubarkan oleh pemerintah pada 1983. Dengan uang pensiun yang tak seberapa, ia terpaksa mencari nafkah di departemen logistik dari Shenzhen.

Masa-masa itu merupakan waktu transisi yang sulit, sebab Zhengfei tak suka lingkuagan bisnis yang baru itu. Pada 1987, ia akhirnya mengendus peluang untuk menjual kembali peralatan elektronik yang telah diimpor ke China.

Dari situ, ia mulai merintis Huawei dengan modal awal senilai 21 ribu yuan (sekitar Rp46,8 juta) dan menduduki posisi sebagai kepala perusahaan.

Kini, Huawei sudah bernilai 65 miliar dolar AS (lebih dari Rp1 kuadriliun) dan telah melebarkan sayap ke Asia, Eropa, Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah.

Sayangnya, perusahaan masih kesulitan untuk menguasai pasar Amerika Serikat (AS) karena Badan Keamanan Nasional AS melarang operasional bisnis oleh pemimpin asal China yang punya riwayat menggeluti bidang militer.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement