REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Jasa Marga (Persero) Tbk harus menghadapi dampak dari pandemi virus corona baru atau Covid-19 karena membuat trafik di jalan tol menurun. Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru mengatakan saat ini perusahaan tengah menyiapkan langkah untuk menghadapi hal tersebut.
“Penurunan lalu lintas yang berakibat pendapatan tol, membuat Jasa Marga harus mengkaji kembali struktur dan anggaran biaya perusahaan,” kata Heru kepada Republika.co.id, Rabu (8/4).
Dia menjelaskan saat ini Jasa Marga juga terpaksa harus melakukan efisiensi di semua lini. Heru menuturkan, langkah tersebut perlu dilakukan untuk mengejar target EBITDA perusahaan setelah terdampak virus corona.
“Namun tentu semua itu kami lakukan dengan tetap mempertahankan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) jalan tol yang telah ditetapkan pemerintah,” ujar Heru.
Meskipun begitu, Jasa Marga belum mengungkapkan berapa angka penurunan lalu lintas selama pandemi corona berlangsung. Hanya saja, Heru mengakui memang terjadi penurunan lalu lintas dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Penurunan lalu lintas ini telah memberikan tekanan pada kinerja perseroan di akhir kuartal satu 2020 ini,” tutur Heru.
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimujono mengungkapkan pendapatan badan usaha jalan tol (BUJT) terpengaruh dampak pandemi virus corona. Basuki menuturkan saat ini terdapat penurunan lalu lintas harian rata-rata (LHR) di jalan tol.
“Sekarang ini menurut data, LHR nya turun sekitar 40 sampai 60 persen dari hari normalnya," kata Basuki dalam konferensi video, Selasa (7/4).
Basuki menjelaskan kondisi tersebut dapat mempengaruhi penghasilan BUJT. Basuki menuturkan saat ini juga masih terus mendiskusikan dengan BUJT terkait dampak lain yang dirasakan karena pandemi virus corona.
Bahkan, Basuki juga berencana akan mengusulkan sejumlah opsi relaksasi bagi BUJT. Basuki mengatakan masih akan mendiskusikan usulan relaksasi yang akan diajukan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Pertama mungkin akan meminta relaksasi pembayaran kewajiban BUJT ke bank," ujar Basuki.
Basuki menuturkan dengan revenue BUJT yang berkurang sekitar 40 persen menyebabkan kemampuan untuk membayar kewajiban kepada bank berkurang. Jadi, Basuki menuturkan paling tidak dapat disusulkan membayar pokok maupun bunga sesuai dengan revenue yang didapatkan.