REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi akan menjadi tuan rumah pertemuan luar biasa melalui konferensi video pada Jumat (10/4) untuk para menteri bidang energi negara-negara G20. Pertemuan itu bertujuan untuk memastikan stabilitas pasar energi, menurut sebuah dokumen internal yang dilihat oleh Reuters.
Harga minyak telah turun tajam karena dampak virus corona dan jatuhnya penurunan produksi terkoordinasi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia. Presiden AS Donald Trump pekan lalu meminta Riyadh dan Moskow untuk memangkas produksi guna mendukung harga ketika pandemi memangkas permintaan dan persediaan meningkat.
"Kami menantikan diskusi yang produktif, saat kami meningkatkan upaya kami selama masa-masa yang penuh tantangan ini," demikian tertulis dalam dokumen internal untuk pertemuan para menteri energi G20.
Permintaan minyak di seluruh dunia telah turun sekitar 30 persen, atau sekitar 30 juta barel per hari.
Produsen cenderung setuju untuk memangkas produksi, tetapi hanya jika AS bergabung dalam upaya tersebut, kata tiga sumber dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) kepada Reuters pada Senin (6/4).
AS tidak berpartisipasi dalam pemotongan terkoordinasi oleh anggota OPEC dan lainnya termasuk Rusia yang dimulai pada Januari 2017 dan berakhir bulan lalu.
Washington juga tidak berkomitmen untuk ambil bagian dalam kesepakatan apa pun, yang menurut Trump dapat melibatkan pemotongan pasokan global sebesar 10-15 persen. Perusahaan AS tidak dapat mengoordinasikan produksi karena undang-undang antimonopoli.
Pada Senin, Trump mengatakan OPEC tidak mendesaknya untuk meminta produsen minyak AS mengurangi produksinya, menambahkan bahwa produksi minyak AS telah turun.