Senin 30 Mar 2020 17:29 WIB

Garuda Indonesia Belum Rumahkan Pilot dan Pramugarinya

Garuda Indonesia mengakui terjadi penurunan jumlah penumpang akibat corona.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Pandemi virus corona atau Covid-19 saat ini sudah berdampak kepada industri penerbangan karena menurunnya jumlah penumpang yang signifikan.
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Pandemi virus corona atau Covid-19 saat ini sudah berdampak kepada industri penerbangan karena menurunnya jumlah penumpang yang signifikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi virus corona atau Covid-19 saat ini sudah berdampak kepada industri penerbangan karena menurunnya jumlah penumpang yang signifikan. Sejumlah opsi dikabarkan akan dilakukan maskapai seperti mulai merumahkan pilot dan pramugarinya.

Namun, hal tersebut belum menjadi pilihan bagi Garuda Indonesia. "Belum ada merumahkan pilot dan pramugari," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra kepada Republika.co.id, Senin (30/3).

Baca Juga

Meskipun begitu, Irfan mengakui virus corona semenjak mewabah sangat berdampak kepada penurunan jumlah penumpang. Irfan menuturkan, bahkan akibatnya maskapai sudah mengurangi sekitar 50 persen frekuensi penerbangan.

Sementara itu, Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiratmadja menuturkan, upaya maskapai untuk mengurangi beban operasional saat ini terbilang berat. Pasalnya, menurut Denon, penurunan aktivitas penerbangan rata-rata hingga 50 persen.

Denon menilai hal tersebut makin berat dengan menghadapi situasi ekonomi global. "Kenaikan nilai tukar mata uang dolar AS sampai tembus Rp 16 ribu per USD. Yang bisa maskapai lakukan adalah mengurangi semua biaya operasional termasuk beberapa opsi terhadap karyawan," ujar Denon.

Untuk itu, Denon meminta pemerintah segera memberikan insentif untuk maskapai, khususnya selama menghadapi kerugian saat pandemi virus corona atau Covid-19 melanda. Menurut Denon, insentif diperlukan untuk menyelamatkan industri penerbangan agar tetap eksis, baik saat ini maupun setelah pandemi corona selesai. “Yang kami harapkan adalah penundaan pembayaran PPh,” tutur Denon.

Denon menjelaskan, keringanan penangguhan bea masuk impor suku cadang, penagguhan biaya bandara dan navigasi yang dikelola BUMN, serta pemberlakuan diskon biaya bandara yang dikelola Kementerian Perhubungan juga diperlukan. Selain itu, perpanjangan jangka waktu berlakunya pelatihan simulator maupun pemeriksaan kesehatan bagi awak pesawat turut dibutuhkan.

Denon memprediksi penuntasan pandemi corona jika makin tidak pasti akan membuat industri penerbangan makin terpuruk. “Bahkan, sebagiannya akan tidak beroperasi karena bangkrut,” ujar Denon.

Meskipun begitu, Denon memahami wabah Covid-19 memang melumpuhkan hampir semua aktivitas perekonomian. Namun, Denon menilai industri penerbangan nasional saat ini sudah sangat terpuruk.

“Jika tidak ada respons positif dari pemerintah yang cepat maka dipastikan akan terjadi tindakan perumahan maupun PHK karyawan sebagai upaya penyelamatan,” ungkap Denon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement