REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura mengalami kontraksi ekonomi paling dalam sejak satu dekade terakhir pada kuartal I 2020. Setelah memangkas habis proyeksi pertumbuhan PDB tahunan, Singapura bersiap untuk resesi mendalam.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menunjukkan pertumbuhan ekonomi menyusut 2,2 persen pada kuartal I. Angka ini merupakan penurunan terbesar sejak krisis finansial 2009.
Bahkan, angkanya lebih kecil daripada ekspektasi ekonom yang menyebutkan penurunan sebesar 1,5 persen. PDB tercatat menyusut 10,6 persen, terendah sejak 2010 dan jauh di bawah ekspektasi yang menyebut hanya turun 6,3 persen.
Singapura juga mengoreksi proyeksi PDB 2020 antara minus 4 persen dan minus 1 persen dari kisaran awal 0,5 persen hingga 1,5 persen. Investor mengharapkan stimulus moneter dan fiskal yang lebih besar.
"Wabah Covid-19 terus meningkat dan membawa pada kemerosotan signifikan pada situasi ekonomi, baik domestik maupun ekstermal," kata kementerian tersebut, dilansir Reuters.
Kementerian dijadwalkan meluncurkan paket stimulus lagi untuk meringankan beban ekonomi. Monetary Authority of Singapore (MAS) juga akan mengeluarkan kebijakan moneter pada 30 Maret mendatang.
Banyak ekonom memprediksi pemerintah akan mengambil kebijakan kelonggaran yang drastis sejak krisis finansial 2009. Singapura menjadi negara ekonomi terbuka yang terimbas parah Covid-19.
Rilis pertumbuhan ekonominya menjadi salah satu yang pertama di tatanan global sejak wabah menyebar awal tahun 2020. Data ini menjadi acuan dunia, seberapa besar dampak wabah pada aktivitas ekonomi global.