REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebut tiga dampak akibat penyebaran virus corona baru atau Covid-19 di Indonesia. Adapun virus ini menyebar ke berbagai negara sejak awal 2020.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, penyebaran virus corona menyebabkan para investor tidak bisa mengukur risiko sehingga banyak yang memindahkan aset menjadi emas atau uang tunai.
"Kalau ketidakpastian bisa diukur maka investor bisa mengambil langkah sesuai persepsi. Tapi, sekarang kan, pertama, dampaknya, investor global sulit untuk mengukur risiko Covid-19 ini," ujarnya saat acara "Early Year Forum" di Hotel Pullman, Thamrin, Jakarta, Rabu (11/3).
Menurut dia, para investor cenderung menjual portofolio investasi untuk mengurangi risiko yang tidak diinginkan. "Mereka jual saham. Uang investor itu masih aman di rekening vostro yang investor global yang ada di Indonesia. Belum hengkang beneran. Mereka jual saham, surat berharga negara (SBN), simpan dalam rupiah. Kemudian, kalau sudah waktunya, mereka bisa kembali lagi," katanya.
Kedua, dampak sektor pariwisata akibat virus corona. Pada tahun lalu sebanyak 2,1 juta turis asal China masuk ke Indonesia sehingga membuat penurunan turis secara signifikan.
"Kita lihat Februari (turis) turun, kemudian Maret dan April mulai recovery," kata dia.
Ketiga, kegiatan ekspor-impor akibat virus corona membuat banyak perusahaan tak mampu melakukan ekspor karena pasar di China. Selain itu, tak ada kegiatan produksi.
"Saat ini kami melakukan pemantauan terkait kegiatan ekspor-impor, berkoordinasi dengan pihak terkait, dan waspada dalam mengambil keputusan. Kita kan harus waspada, koordinasi, sering sharing informasi, dan apa yang dilakukan ke depan, baik di pasar keuangan dan dampaknya dari waktu ke waktu," ucapnya.