REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Waskita Beton Precast Tbk menargetkan nilai kontrak baru sebesar Rp 11,9 triliun pada tahun ini. Adapun komposisi target tersebut sebesar Rp 5,89 triliun berasal dari kontrak eksternal dan sisanya internal.
Direktur Utama Waskita Beton Precast Jarot Subana mengatakan masifnya pembangunan infrastruktur di Indonesia merupakan peluang bisnis perseroan. Salah satu langkah dengan menjalin sinergi bisnis dengan sejumlah anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Strategi ini dapat memperbesar pasar eksternal. Kami memperoleh kontrak eksternal yang mencapai 83,01 persen menjadi Rp 4,44 triliun pada 2019. Sementara pada 2018 kontrak proyek ekternal sebesar Rp 2,43 triliun," ujarnya dalam keterangan tulis di Jakarta, Kamis (5/3).
Jarot memastikan kerja sama ini akan memacu sinergi dengan anak usaha BUMN lain, juga pihak swasta, pemerintah hingga hingga perusahaan di luar negeri. Saat ini perseroan telah menjalin kerja sama dengan dua anak usaha BUMN, salah satunya dengan PT Pertamina Trans Kontinental.
Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama kedua pihak telah digelar pada awal tahun ini yang mencakup perbaikan dan pembangunan pelabuhan di lokasi pekerjaan milik anak usaha PT Pertamina (Persero) yang memiliki kegiatan usaha dalam bidang jasa pelayaran, jasa maritim dan jasa logistik serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha tersebut. Kerja sama sebagaimana dimaksud ini berupa Kerja Sama Operasi (KSO) dalam bentuk Portion, di mana WSBP sebagai partner akan berperan sebagai Perencana/Engineer, Supply Beton Precast, Readymix dan Kontraktor.
Kerja sama kedua yaitu sinergi dengan PT Angkasa Pura Properti, anak usaha dari pengelola bandara PT Angkasa Pura I (Persero) terkait pekerjaan pembangunan dan pemeliharaan area bandar udara di bawah pengelolaan AP I yang secara konsisten terus dikembangkan mengacu pada tingkat pertumbuhan jumlah penumpang dan penerbangan.
Dalam hal ini, PT Angkasa Pura Properti masih akan fokus mendukung induk perusahaan dalam peningkatan kualitas pelayanan bandara, terutama pada bandara-bandara yang telah mencapai tahap akhir pengembangan, seperti Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Bandara Hassanudin Makassar, dan Bandara Internasional Yogyakarta.