REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Wabah virus corona memiliki dampak besar terhadap sektor manufaktur China pada Februari. Menurut data yang disusun oleh IHS Markit, Purchasing Manager Index (PMI) Caixin untuk daratan China turun dari 51,1 pada Januari menjadi 40,3 pada Februari.
Dilansir dari situs resmi IHS Markit, Senin (2/3), ini menjadi penurunan paling tajam sejak survei dimulai hampir 16 tahun lalu. Penangguhan kerja Tahun Baru Imlek yang diperpanjang dan pabrik-pabrik yang beroperasi di bawah kapasitas menyebabkan volume produksi dan tingkat pesanan baru turun, menyentuh rekor baru.
"Akibatnya, rantai pasokan terganggu dan menyebabkan jumlah pekerjaan yang belum diselesaikan meningkat," tulis Principal Economist IHS Markit Bernard Aw.
Dengan penutupan pabrik yang meluas, pembatasan perjalanan dan penurunan jumlah tenaga kerja, output manufaktur turun pada laju tercepat sejak survei dimulai pada 2004. Produksi lebih rendah terlihat di seluruh sektor, dengan perusahaan kecil dan menengah mengalami pukulan paling keras.
Pesanan baru yang diterima oleh produsen Cina juga turun, dengan tingkat penurunan paling tajam dalam sejarah survei. Penjualan ekspor juga menyusut di tengah kendala produksi, pembatasan pengiriman, dan pembatalan pesanan.
Berbagai upaya kesehatan masyarakat yang dirancang untuk menghentikan penyebaran virus corona dilaporkan telah mengganggu rantai pasokan, sehingga secara tajam membatasi ketersediaan input ke pabrik.
Akibatnya, pembelian input oleh produsen barang-barang China turun tajam, sebagaimana tercermin oleh kontraksi pada kegiatan pembelian dalam survei IHS Markit. Sementara itu, inflasi biaya input rata-rata turun dari Januari, sebagian terkait dengan harga komoditas lebih rendah, terutama minyak.
Tapi, efek negatif tersebut diharapkan hanya bersifat sementara. Perusahaan sudah mengantisipasi pemulihan cepat dari output begitu pembatasan aktivitas akibat virus corona diangkat. Bahkan, tingkat kepercayaan yang diukur dengan Indeks Output Mendatang, naik ke tingkat tertinggi selama lima tahun pada Februari.
Optimisme ini didukung oleh perkembangan positif pada pekan terakhir Februari. Dalam periode tersebut, tingkat kelanjutan kerja di perusahaan industri besar naik menjadi 77 persen pada 28 Februari. Proyek infrastruktur juga secara bertahap dimulai kembali.
Proses memulai kembali pekerjaan di perusahaan kecil tetap lambat, dan umumnya tertinggal dibandingkan rekan-rekan mereka yang lebih besar.
Situasi saat ini diperkirakan akan segera membaik pada Maret dengan semakin banyaknya perusahaan manufaktur yang melanjutkan pekerjaan. Langkah-langkah fiskal dan finansial yang bertujuan mendorong dimulainya kembali pekerjaan juga akan mendukung langkah menuju normalisasi kegiatan produksi dan konstruksi.