REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Petani Masuk Sekolah (PMS) yang di gagas Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dinilai menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan pertanian ke depan. Program tersebut merupakan program tepat untuk mencerdaskan anak bangsa sejak usia dini.
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Sahara, mengatakan bahwa program PMS memiliki peran penting dalam mengatasi regenerasi petani. Selain itu, program tersebut juga mampu memotong rantai tata niaga produksi pertanian.
"Program PMS sangat baik terutama untuk menarik dan meningkatkan peran generasi muda (youth) di sektor pertanian ke depan," kata Sahara, Ahad (1/3).
Sahara mengatakan, memasuki era industri 4.0, dimana konsep smart agriculture telah di terapkan di berbagai negara termasuk Indonesia mau tidak mau harus melibatkan generasi muda (youth) sebagai pelaksana utama.
"Oleh karena itu kita sangat butuh mereka (generasi muda) sebab melalui mereka precise agriculture lebih mudah diintroduksikan dan diimplementasikan dengan kekuatan mekanisasi," katanya.
Menurut Sahara, hasil penelitian yang dilkakukan Departemen Ilmu Ekonomi-Fem IPB menyimpulkan bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam pengembangan e-commerce komoditas pertanian di Indonesia. Sahara menilai bahwa pasar digital agrifood lebih banyak melibatkan generasi muda (youth).
"Harapan kami ke depan PMS dapat dijadikan sebagai program dalam jangka panjang sehingga smart agriculture di Indonsia baik di sisi hulu dan hilir bisa berlangsung sukses," tandasnya.
Kementerian Pertanian (Kementan) dibawah komando Syahrul Yasin Limpo saat ini memiliki berbagai program peningkatan produksi seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks). Selain itu, Kemengan juga membangun pusat data Agriculture War Room (AWR) dan kelembagaan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani).