Sabtu 29 Feb 2020 20:07 WIB

Ekonom: Pemerintah harus Serius Tingkatkan Sektor Manufaktur

Manufaktur dapat mengurangi ketergantungan impor

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Hiru Muhammad
Pengunjung dan undangan memadati area pameran pada pembukaan pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) ke-27 tahun 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (18/7/2019).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Pengunjung dan undangan memadati area pameran pada pembukaan pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) ke-27 tahun 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (18/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia diminta fokus untuk menghilangkan masalah di sektor manufaktur sebagai upaya memperbaiki pertumbuhan ekonomi. Chief Economist PT Bank Permata, Joshua Pardede menyampaikan Indonesia tidak bisa beralih langsung dari karakteristik negara agraria ke negara jasa.

"Harus melalui step manufaktur dulu," katanya di Bandung, Sabtu (29/2). Joshua menyampaikan wabah corona dapat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi karena ekspor impor yang terhambat. Jika Indonesia bisa mengembangkan produk untuk substitusi impor, maka pertumbuhan ekonomi bisa menuju potensinya.

Satu-satunya cara untuk memproduksi substitusi impor tersebut adalah manufaktur. Indonesia lebih banyak ekspor bahan mentah, yang kemudian diproses di luar negeri. Setelah itu, mengimpor produk jadi tersebut. "Bahan mentah ke bahan jadi itu prosesnya yang missing di kita, dan ini bisa dijawab dengan manufaktur," kata Joshua.

Manufaktur dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. Selama ini, siklus ekonomi Indonesia terus berputar. Saat ekonomi mengalami booming, impor tinggi jadi Current Account Deficit (CAD) naik. Ini membuat Bank Indonesia menaikan suku bunga yang akhirnya melambatkan ekonomi dan menurunkan CAD. 

Joshua menyampaikan pemerintah setidaknya bisa meningkatkan pertumbuhan sektor manufaktur hingga di atas 5-6 persen dalam beberapa tahun kedepan. Dalam 3-5 tahun terakhir, tren sektor manufaktur terus menurun sehingga produktifitas Indonesia rendah. 

Sektor manufaktur menyumbang 19,62 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Namun sektor ini hanya tumbuh 4,68 persen pada 2019, dibanding 5,02 persen pada 2018. Jika pemerintah bisa meningkatkan hingga di atas lima persen maka potensi pertumbuhan ekonomi bisa mendekati potensinya,  

Kementerian Perindustrian telah berkomitmen untuk fokus pada lima sektor manufaktur. Diantaranya industri makanan dan minuman (mamin), tekstil dan pakaian, petrokimia dan kimia, elektronika, serta otomotif.

 

--

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement