Jumat 28 Feb 2020 19:23 WIB

Stimulus Perumahan, BTN Siap Kuasai 90,82 Pasar KPR Subsidi

sektor perumahan sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi sudah tepat.

Rep: novita intan/ Red: Hiru Muhammad
IPEX 2020 dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Prof Dr Kyai Haji Ma’ruf Amin. BTN menargetkan bisa meraih Rp 3 triliun dari IPEX 2020
Foto: Bank BTN
IPEX 2020 dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Prof Dr Kyai Haji Ma’ruf Amin. BTN menargetkan bisa meraih Rp 3 triliun dari IPEX 2020

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Stimulus sektor perumahan yang disuntikkan pemerintah sebagai antisipasi terhadap dampak penyebaran virus corona dinilai akan menjadi bantalan efektif untuk perekonomian nasional. Kebijakan tersebut juga sekaligus pupuk bagi penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan langkah pemerintah menjadikan sektor perumahan sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi dipercaya tidak hanya mendongkrak sektor properti. Sebab, sektor tersebut diyakini akan memiliki dampak turunan terhadap 170 industri terkait. 

"Sektor properti segmen menengah ke bawah trennya masih cukup baik. Asal stimulusnya tepat sasaran bisa berdampak ke sektor lain misalnya pertambangan pasir, industri kaca keramik dan transportasi logistik," ujarnya kepada Republika di Jakarta, Jumat (28/2).

Menurutnya stimulus sektor perumahan yang diberikan pemerintah diyakini juga akan mendongkrak kredit konsumsi perbankan khususnya KPR Subsidi. Segmen bagi wong cilik ini diperkirakan ikut terdongkrak dan akan tumbuh subur. 

"Setidaknya pertumbuhan kredit konsumsi tidak terlalu rendah di bawah 5 persen karena mengandalkan kredit kendaraan bermotor cukup sulit, maka KPR segmen MBR [Masyarakat Berpenghasilan Rendah] jadi jalan keluarnya," katanya.

Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B Hirawan menilai langkah pemerintah yang menjadikan sektor perumahan sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi sudah tepat. Sebab, sektor perumahan merupakan bagian sektor konstruksi. 

Fajar melanjutkan jika dilihat dari struktur PDB Indonesia pada sisi lapangan usaha, sektor konstruksi menempati posisi keempat, setelah industri manufaktur, pertanian, dan perdagangan/ritel. Pada sisi lain, akibat virus corona, industry manufaktur, pertanian dan perdagangan/ritel mengalami koreksi karena terganggunya arus perdagangan internasional. 

"Upaya mengerek ekonomi yang perlu dilakukan adalah memberdayakan atau mengoptimalkan potensi ekonomi dalam negeri. Seringkali gejolak eksternal sulit untuk diantisipasi dan diintervensi, maka dari itu gejolak internal-lah yang perlu menjadi fokus karena lebih cenderung feasibel untuk diantisipasi dan diintervensi. Salah satunya mengoptimalkan potensi sektor perumahan karena sektor ini mampu bergerak dengan sumber daya ekonomi yang ada di dalam negeri," jelasnya.

Dia mengakui, memang harga properti saat ini cenderung stagnan. Maka dari itu saatnya sektor perumahan harus bergerak di tengah gejolak pengaruh virus corona.  "Yang pasti diharapkan pertumbuhan kredit bisa meningkat karena tahun lalu pertumbuhan kredit perbankan sangat rendah yakni single digit. Idealnya harusnya bisa tumbuh double digit," ucapnya.

Pangsa pasar KPR Subsidi masih didominasi  PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Data keuangan emiten bersandi saham BTN tersebut menunjukkan bank tabungan ini menguasai 90,82 persen pasar KPR Subsidi per Desember 2019. 

Pasar KPR secara keseluruhan, perseroan juga masih menduduki posisi pemimpin pasar dengan pangsa sebesar 40,19 persen per September 2019. 

Direktur Utama BTN Pahala N Mansury mengatakan perseroan memastikan bakal mendapatkan kuota KPR subsidi tambahan dari pemerintah dengan melalui skema penyaluran subsidi selisih bunga (SSB).  Penambahan kuota KPR subsidi sebagai dampak antisipasi wabah virus Corona terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

"Ada tambahan kuota tersebut khususnya untuk rumah yang sudah jadi dan tambahan rumah yang ada pada tahun ini. Jadi harapan kita dengan program stimulus dan tambahan rumah bersubsidi tentunya pertumbuhan bagi kita untuk rumah bersubsidi akan sedikit lebih baik. Nominal fixed belum ada, masih menunggu dari keputusan penambahan kuota bersubsidi," ucapnya.

Jumlah kuota KPR subsidi dalam bentuk SSB diperkirakan mencapai lebih dari 100 ribu unit rumah. Dia berharap, dengan adanya kuota tambahan tersebut pertumbuhan KPR subisidi akan lebih positif.  "Artinya kita tidak ada revisi target, jadi ini akan lebih baik pertumbuhannya untuk rumah subsidi. Total, penyaluran kredit pada tahun ini bisa tumbuh 9,5 persen," katanya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah akan mengucurkan anggaran Rp 1,5 triliun untuk perumahan dengan rincian Rp 800 miliar berupa subsidi bunga dan Rp 700 miliar berupa subsidi uang muka. 

"Dengan demikian, dari jumlah penyaluran KPR 330.000 unit, eksisting FLPP sebanyak 88.000, dan BP2BT 67.000 unit, sehingga ada tambahan sebanyak 175.000 unit dan ini dilaksanakan bank umum maupun kementerian PUPR,” jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement