Jumat 28 Feb 2020 15:46 WIB

BI: Pelemahan Pasar Keuangan RI Lebih Baik dari Negara Lain

Aliran modal asing keluar Indonesia (outflow) bulan ini sebesar Rp 30,3 triliun.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebut pelemahan pasar keuangan Indonesia masih lebih baik dari negara lain. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan aliran dana keluar dan pelemahan mata uang Indonesia lebih rendah dari negara lain.

"Kalo dibandingkan dengan negara lain perlemahan (pasar keuangan Indonesia) relatif rendah," kata Perry.

Baca Juga

Di pasar keuangan Indonesia, pengaruhnya terlihat jelas di nilai tukar rupiah dan saham. Perry menyebut terjadi aluran modal keluar karena corona virus. Aliran modal asing keluar Indonesia (outflow) bulan ini sebesar Rp 30,3 triliun.

Dengan rincian sebesar Rp 26,2 triliun di Surat Berharga Negara (SBN) dan di saham Rp 4,1 triliun. Secara tahunan atau year to date (ytd), terjadi nett outflow sebesar Rp 11 triliun pada SBN dan outflow sebesar Rp 1,6 triliun dari saham.

"Ini adalah pengaruh virus corona, karena investor global melepas investasi portofolio, baik sbn, saham," katanya.

Perry menyampaikan ini tidak terjadi di Indonesia saja, tapi juga negara lain seperti Korea, Malaysia, Thailand. Harga saham terpantau turun sejak akhir Januari ini. Di bulan Februari ini penurunan terjadi sekitar 20 persen.

Sementara itu, nilai tukar rupiah juga mengalami pelemahan. Secara ytd, rupiah mengalami pelemahan sebesar 1,08 persen. Sekarang, nilai tukar di perdagangkan di sekitar Rp 14 ribu per dolar AS.

Jika dibandingkan dengan mata uang negara lain, pelemahan rupiah relatif rendah. Contohnya, won Korea selama ytd mengalami pelemahan atau depresiasi sebesar 5,07 persen, bath Thailand mengalami pelemahan 6,42 persen, dolar Singapura melemah 3,67 persen, ringgit Malaysia melemah 2,91 persen.

Perry mengatakan Covid-19 telah berdampak pada perilaku investor global. Khususnya pada kepemilikan investasi mereka di berbagai negara.

Pada saat ini investor global cenderung menjual portofolio investasinya dulu. Saat kondisinya membaik, kemudian aliran dana asing akan masuk lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement