Jumat 28 Feb 2020 00:06 WIB

Menkop Siapkan UMKM Papua Lewat Investasi Hijau

Pemda Papua diminta mengarahkan UMKM ke produk unggulan domestik.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menghadiri acara Forum High Level Meeting on Green Investment for Papua and West Papua di Sorong, Papua, pada Kamis, (27/2). Kehadirannya di sana bertujuan mempersiapkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Papua supaya masuk dalam skema green investment atau investasi hijau. 
Foto: Mgrol101
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menghadiri acara Forum High Level Meeting on Green Investment for Papua and West Papua di Sorong, Papua, pada Kamis, (27/2). Kehadirannya di sana bertujuan mempersiapkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Papua supaya masuk dalam skema green investment atau investasi hijau. 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menghadiri acara Forum High Level Meeting on Green Investment for Papua and West Papua di Sorong, Papua, pada Kamis, (27/2). Kehadirannya di sana bertujuan mempersiapkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Papua supaya masuk dalam skema green investment atau investasi hijau. 

"Kami ingin partner untuk menggarap kekayaan alam Papua. Dengan begitu menjadi komoditi ekspor yang sangat berharga," kata Teten melalui siara  pers, Kamis, (27/2).

Investasi hijau merupakan konsep investasi ramah lingkungan yang tengah dioptimalkan oleh pemerintah Indonesia. Teten mengatakan, produk UMKM berbasis kekayaan alam merupakan komoditas yang harus memiliki nilai tambah seperti produk perikanan, tuna, kerapu, juga produk pertanian mulai dari kopi, kakao, vanilla, pala, serta buah-buahan. 

Dirinya menegaskan, jika mendapat nilai tambah, kekayaan dapat menjadi produk bernilai tinggi. Ia mencontohkan garam pohon dari Papua setelah mendapat inovasi dijual dengan harga Rp 500 ribu per kilogram. 

Maka ia meminta pemerintah daerah Papua mengarahkan UMKM ke produk unggulan domestik. "Jadi saya kira tinggal pemerintah daerahnya segera mendampingi para pelaku usaha ini agar bisa mengajukan pembiayaan mulai dari KUR (Kredit Usaha Rakyat), BLU LPDB, dan skim pembiayaan lainnya," kata Teten. 

Produk unggulan berbasis kekataan alam ini, lanjutnya, akan dikelola dalam wadah koperasi. Misal nelayan bergabung dalam koperasi, petani kakao juga membentuk koperasi. Menurut dia, melalui koperasi usaha akan lebih mudah dikembangkan. Kemenkop dan UKM berencana membuat model bisnis terkait pengembangan usaha tersebut. 

Menko Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan menuturkan, konsep investasi hijau dalam tahap awal akan menyasar hasil pertanian, perikanan Papua dan Papua Barat yang berpotensi diekspor, serta ekowisata.

“Kami memiliki komoditas yang siap ditingkatkan dan dikembangkan seperti kakao, kopi Arabika, dan pala. Kami juga memiliki rumput laut dan kopi Robusta yang tumbuh baik di Papua, serta budaya, lingkungan, laut di Papua yang menawarkan banyak peluang untuk ekowisata,” jelasnya.

Luhut berharap, konsep investasi ramah lingkungan yang nantinya diterapkan di Papua dan Papua Barat bisa memacu pertumbuhan ekonomi di daerah itu. “Jadi dengan adanya investasi, masyarakat akan memulai kegiatan ekonomi. Perekonomian alam tumbuh dan orang bisa mendapatkan manfaat sosial darinya,” imbuh Luhut.

Demi mengoptimalkan modal alam yang dimiliki, Luhut menyatakan pemerintah berkomitmen melindungi, melestarikan, dan mengelola ekosistem Papua dan Papua Barat secara berkelanjutan.

Komitmen pemerintah, menurut Menko Luhut, ditunjukkan melalui pengembangan prakarsa pembangunan rendah karbon, moratorium konsesi perkebunan kelapa sawit, hingga moratorium konsesi hutan alam primer dan lahan gambut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement