Kamis 27 Feb 2020 15:04 WIB

Pengamat: Influencer untuk Dongkrak Pariwisata Harus Tepat

Pengamat nilai dari influencer dana insentif maskapai lebih tepat dongkrak pariwisata

Rep: Puti Almas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Parekraf Wishnutama Kusubandio (kanan) berbincang dengan Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) dan Mendagri Tito Karnavian (kiri) sebelum mengikuti rapat terbatas (ratas) tentang peningkatan peringkat pariwisata Indonesia di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Parekraf Wishnutama Kusubandio (kanan) berbincang dengan Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) dan Mendagri Tito Karnavian (kiri) sebelum mengikuti rapat terbatas (ratas) tentang peningkatan peringkat pariwisata Indonesia di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (17/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rencana pemerintah untuk menggandeng influencer media sosial, sebagai bagian dari upaya mengatasi dampak wabah virus corona dalam penurunan di bidang pariwisata dinilai dapat tepat, dengan memperhatikan beberapa hal terlebih dahulu. Salah satunya adalah kriteria dari influencer itu sendiri, apakah nantinya dapat menyasar target pasar yang sesuai.

Menurut pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economi (CORE), Muhammad Faisal ada beberapa kriteria dari influencer itu sendiri yang penting untuk diperhatikan. Diantaranya adalah usia dari para penggemar atau orang-orang yang mengikutinya di media sosial.

Baca Juga

“Tentu pemilihan influencer harus dikaji dengan matang. Misal penggemar mereka dari usia yang terlalu muda seperti anak-anak di sekolah menengah atas atau mahasiswa, ini nampaknya belum tepat jadi target,” ujar Faisal kepada Republika.

Faisal mengatakan pemilihan influencer yang bertujuan mempromosikan pariwisata Indonesia kepada orang-orang yang mengikuti mereka di Indonesia tepat, jika target yang dapat mereka jangkau adalah orang-orang di usia produktif bekerja. Sebagai contoh, orang-orang mulai dari usia 23 tahun hingga 40 tahun yang dinilai sudah memiliki income dan berwisata telah menjadi salah satu bagian dari gaya hidup mereka.

“Sebagai contoh influencer yang digandeng adalah pasangan selebgram nah dengan mereka melakukan liburan ini kan mempengaruhi pasangan lainnya yang rata-rata pasti sudah bekerja, jadi tepat sasaran karena mereka punya income,” ujar Faisal.

Dengan demikian, bagaimana strategi dari pemerintah untuk menggaet pasar yang sebenarnya atau siapakah target promosi dari influencer itu sendiri dapat dipelajari secara seksama. Faisal kembali menekankan bahwa satu hal yang perlu dipertajam adalah golongan usia dari target pasar, karena potensi kalangan mahasiswa dan anak-anak sekolah dinilai rendah.

Lebih lanjut, Faisal mengatakan rencana pemerintah untuk mengalokasikan dana  untuk maskapai dan biro perjalanan lebih tepat untuk didahulukan. Hal itu karena promosi yang dilakukan influencer bersifat  sebagai upaya additional atau tambahan yang hanya berperan untuk menunjang sektor pariwisata dalam kondisi terkena dampak penurunan seperti saat ini.

“Diskon pesawat dan hotel sebenarnya menjadi upaya paling cepat untuk mengatasi dampak, di luar itu baru promosi jadi penunjang. Memang tetap diperlukan agar lebih banyak orang mengetahui tapi sifatnya additional,” tambah Faisal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement