Selasa 25 Feb 2020 06:02 WIB

Perubahan Demografi Dorong Pergeseran Tren Properti Sydney

Pasar properti Sydney sedang dalam arah yang tepat untuk kembali bangkit .

Perubahan demografi mengubah tren properti di Sydney.
Foto: Crown Group
Perubahan demografi mengubah tren properti di Sydney.

REPUBLIKA.CO.ID, JALARTA --- Crown Group, salah satu perusahaan pengembang swasta terbesar di Australia, memberikan informasi terkini pasar properti Sydney. Michael Yardney, seorang penasehat investasi terkemuka serta penulis buku-buku terlaris di Australia memberikan ulasannya perihal perkembangan pasar properti kota Sydney untuk tahun 2020.

“Pasar properti Sydney sedang dalam arah yang tepat untuk kembali bangkit berdasarkan data selama 12 bulan terakhir hingga Desembar 2019,” ungkap Michael Yardney

Baca Juga

Bahkan selama 40 tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata properti yang terjadi di Kota Sydney, menurutnya, mencapai 7,4 persen. Artinya adalah banyak properti yang nilainya menjadi dua kali lipat di setiap dekade. 

Pada bulan November 2019 SQM Research yang merupakan badan penelitian investasi terlemuka di Australia memperkirakan harga rumah tapak dan hunian vertikal kota Sydney akan tumbuh sebesar dua digit pada tahun 2020

Sebagai informasi, harga 1 unit apartemen tipe 1 kamar tidur di V by Crown Group di Parramatta pada tahun 2014 adalah Rp 6,25 miliar dan tahun 2018 sudah bernilai Rp 7,65 miliar, sementara tipe unit apartemen 1 bed + study di Skye by Crown Group di North Sydney pada tahun 2013 adalah Rp 7,6 miliar dan pada tahun 2018 sudah mencapai Rp 9,67 miliar.

“Namun yang perlu dicermati adalah pergeseran tren properti yang sangat dipengaruhi oleh perubahan demografis,” tambah Michael.

Menanggapi ulasan Michael Yeardney, CEO dan pendiri Crown Group, Iwan Sunito, mengungkapkan, “

pergeseran tren hunian di Sydney sudah terasa dalam 2 dekade terakhir. Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan bertambahnya jumlah tenaga kerja usia muda yang memiliki preferensi tersendiri untuk hunian tempat tinggal.

Hal ini menyebabkan semakin besarnya golongan usia produktif yang lebih menyukai hunian berukuran kompak yang dekat dengan tempat mereka bekerja dan dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan kuliner. "Dan ini mengakibatkan tergerusnya popularitas rumah tapak melalui keberadaan hunian vertikal,” jelas Iwan.

Menurut laporan yang dibuat oleh Worldpopulationreview.com, sejak 2015, populasi Sydney telah tumbuh sebesar 381.694 jiwa yang mewakili 1,63 persen dari perubahan tahunan. “Inilah salah satu penyebab utama pertumbuhan jumlah hunian vertikal di Sydney,” tambah Iwan Sunito

Laporan yang dibuat oleh PBB mengungkapkan bahwa pada tahun 2050, 68 persen populasi dunia akan menempati area perkotaan. Jumlah ini akan meningkat dari saat ini yang hanya sebesar 55 persen. Laporan PBB tersebut juga memprediksikan adanya tambahan 2,5 juta orang yang akan tinggal di kota 30 tahun ke depan.

Perlu diingat bahwa negara bagian New South Wales yang memiliki populasi sebesar 7,988,241 merupakan lokomotif perekonomian di Australia yang menghasilkan GSP (Gross State Product) sebesar 604 miliar dolar Australia atau 32,7 persen dari total GNP Australia.

Dengan segala kelengkapan yang dimiliki oleh sebuah kota metropolitan ditambah pembangunan infrastruktur transporatsi massal yang masif, tidaklah mengherankan apabila Sydney menjadi salah satu kota yang paling diminati untuk dihuni di Australia. Terbukti selama 10 tahun terakhir, Australia telah menjadi destinasi investasi utama bagi para investor di kawasan Asia umumnya, khususnya Indonesia.

“Pasar properti Australia sempat mencapai puncaknya dengan pertumbuhan sebesar 17 persen pada tahun 2017 dan bukanlah hal yang mustahil apabila di tahun 2020 ini pertumbuhan nilai properti akan kembali menyentuh angka dua digit sesuai prediksi dari SQM Research,” tutup Iwan Sunito.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement