REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuannya di posisi 4,75 persen dari sebelumnya lima persen, Kamis (20/2). Menyambut kebijakan itu, Bank BJB kian optimistis dalam memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun ini 10 hingga 11 persen.
Pemimpin Divisi Corporate Secretary Bank BJB Widi Hartoto mengatakan, penurunan suku bunga acuan hingga 25 basis poin tentu cukup positif untuk pasar. Dengan penurunan itu, kata dia, diharapkan dapat mendorong fungsi intermediasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Khususnya Bank BJB, ungkap dia, saat ini tengah gencar menumbuhkembangkan UMKM. ‘’Turunnya suku bunga acuan menjadi kabar baik dari sisi permodalan UMKM,’’ ujar Widi kepada Republika, Kamis (20/2).
Begitupun sebelumnya, ungkap dia, BI telah menurunkan 100 bps sejak akhir 2018 hingga 2019, dari enam persen menjadi lima persen. Penurunan suku bunga tahun lalu itu, lanjut dia, memberikan ruang bagi perbankan untuk menurunkan biaya dana sekaligus mendorong ekspansi kredit.
Pada triwulan III 2019, kata dia, kredit Bank BJB tumbuh 9,8 persen year on year (yoy), dengan nilai total Rp 81,5 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional. Catatan kredit Bank BJB pada Q3/2019 itu, lebih baik dibandingkan posisi Q3/2018 yang hanya tumbuh 8,2 persen yoy.
Widi menjelaskan, dengan penurunan kembali suku bunga acuan kali ini, tentu akan membantu perbankan, khususnya Bank BJB, dalam mengurangi tekanan biaya dana. ‘’Namun ada rasio pendanaan stabil yang harus kami penuhi, sehingga cukup terkompensasi,’’ tambahnya.
Tahun ini, pihaknya memproyeksikan kredit tumbuh 10-11 persen.