Kamis 20 Feb 2020 15:21 WIB

Dampak Virus Corona, Pendapatan Qantas Turun Rp 1,37 Triliun

Virus corona membuat perusahaan terpaksa menangguhkan penerbangan ke China.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Qantas telah memperingatkan dampak keuangan yang parah karena virus corona yang berpotensi mengurangi permintaan untuk bepergian di Asia.
Foto: Youtube
Qantas telah memperingatkan dampak keuangan yang parah karena virus corona yang berpotensi mengurangi permintaan untuk bepergian di Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Qantas telah memperingatkan dampak keuangan yang parah karena virus corona yang berpotensi mengurangi permintaan untuk bepergian di Asia. Maskapai penerbangan Australia ini mengatakan wabah ini akan menelan biaya hingga 150 juta dolar Australia (Rp 1,37 triliun), karena mengurangi penerbangan ke Asia sebesar 15 persen hingga setidaknya akhir Mei.

Dilansir BBC, Kamis (20/2), untuk menghindari kehilangan pekerjaan, perusahaan juga berencana membekukan sementara rekrutmen dan meminta pekerja untuk menggunakan cuti. Pengurangan ini datang di tengah kekhawatiran yang lebih luas dari dampak pada ekonomi global.

Baca Juga

Qantas memperkirakan bahwa virus corona akan mengurangi keuntungan sebesar 100 -150 juta dolar Australia. Nilai itu didapat setelah memperhitungkan pengurangan penerbangan.

"Virus corona mengakibatkan penangguhan penerbangan kami ke daratan China dan kami sekarang melihat beberapa dampak sekunder dengan permintaan yang lebih lemah di Hong Kong, Singapura dan pada tingkat yang lebih rendah Jepang," ujar CEO Qantas, Alan Joyce.

Qantas juga mengalami beberapa kelemahan permintaan domestik, jadi maskapai menyesuaikan kapasitas Qantas dan Jetstar di semester dua mendatang. Qantas telah menangguhkan penerbangan dari Sydney ke Shanghai, memangkas kapasitas ke Hong Kong dan mengakhiri rute Sydney ke Beijing lebih awal dari yang diharapkan setelah pemerintah Australia memberlakukan pembatasan pada pelancong dari China daratan.

Dalam tanda lain dampak virus corona pada industri penerbangan, China dilaporkan berencana untuk mengambil kendali HNA Group dan menjual aset maskapai penerbangannya.

Pemerintah provinsi Hainan, tempat HNA berpusat, sedang dalam pembicaraan untuk mengambil alih grup konglomerat itu karena dampak dari wabah itu berarti perusahaan berjuang secara finansial. HNA secara langsung mengontrol atau memegang saham di beberapa maskapai, termasuk Hainan Airlines.

Ini akan menjadi langkah paling dramatis yang pernah dilakukan oleh China yang berupaya meringankan kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement